Membangun
Kekuatan Dakwah
(29 maret
2015)
Oleh: M. Jandi al-farisi
“kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan dari mereka
adalah orang-orang yang fasik.”
(Qs. Ali Imran 110)
Pada hakikatnya
manusia adalah Khaira Ummat, para juru dakwah adalah sebuah komunitas
yang mengemban amanat memperbaiki, mengingatkan, dan membentuk tatanan
kehidupan masyarakat menuju kearah yang lebih baik yang sesuai dengan ketentuan yang telah ALLAH SWT
dan rasuln-nya tekankan. Dengan khalifah yang menjadi misi uatamanya dan
memperbaiki. sebagai tuntutanya mempunyai peran dan tanggung jawab terdepan
untuk mengahadapi kondisi masyarakat yang semakin jauh dari nilai-nilai
keagamaan. Berusaha menciptakan suatu gerakan membimbing dan memlihara manusia
menuju semangat spiritualitas dalam membangun kehidupan sosial yang seimbang
antara kepentingan duniawi dan ukhrawi.
Dalam membangun
ukhuwah islamiah pada dasarnya selalu mengalami berbagai goncangan, kucilan
bahkan hinaan sekalipun. Sebagai figur karismatik diera post-modern seperti
sekarang mereka (pengemban dakwah) merupakan ruh, kekuatan moral yang sanggup
memberikan napas segar ditengah-tengah problematika umat yang semakin darurat
yang diwarnai kebebasan berekpresi baik dalam tataran moral, sosial bahkan
ranah spiritual, karena komunitas dakwah baru-baru ini banyak dirasuki oleh
orang-orang yang ingin menghancurkan komunitas dakwah dengan cara memasuki
ranah komunitas tersebut dan berusaha meliberalisasikan jamaah dakwah.
Ada proses
rekayasa sosial dalam menjembatani berbagai kepantingan hidup dan kehidupan.
Disatu sisi para pendakwah harus menyajikan model dan gaya menyampaikan
kebaikan, tapi disisi lain, dakwah pun dituntut untuk tetap responsif
terhadap berbagai perubahan sosial yang
terjadi. Harus berusaha inklusifisme menerima masyarakat luar yang ingin
berafiliasi dengan jamaah, jangan sampai eksklusif dimata khalayak umum. Dalam
mengimplementasikan konsep rekayasa sosial perlu kiranya ada sebuah kebersamaan
dalam mewujudkan itu semua. Kekuatan kolektif sebagai modal awal dalam
membentuk bangunan yang utuh dari komunitas tersebut.
Karena pada
faktanya gerakan dakwah yang terjadi selama ini hanya berfokus pada ranah
komunitasnya dan terkadang individual, tidak adanya gerakan komunal untuk
merangkul semua lapisan masyarakat yang sedang sakit. Karena itu, Untuk
menciptakan citra dakwah yang sesungguhnya perlu adanya proses sosialisasi
kesan tentang dakwah. Karena dengan hal ini proses misi utama dakwah adalah
mengenalkan dan berusaha merangkul mereka yang membutuhkan perbaikan dan yang
perlu di rekonsiliasi prilaku dan tindakan yang melenceng. Al-qur’an pun
mengilustrasikan secara bersahabat bahwa dakwah adalah sebagai kekuatan yang
dapat mengetuk kesadaran sosial dan spiritual umat manusia.
Antara dakwah dan
masyarakat sebgai objeknya pada dasarnya adalah mengisay aratkan paling tidak
ada dua hal penting. Pertama, realitas sosial merupakan alat ukur
keberhasilan dakwah disatu pihak, yang sekligus menjadi cerminan sosial dalam
menjalankan dakwah. Dan kedua, aktivitas dakwah sendiri pada hakikatnya
merupkan pilihan strtegis dalam membentuk arah perubahan suatu masyarakat. Oleh
karena itu eksistensi dakwah sama sekali tidak bisa diabaikan dari dinamika
kehidupan masyarakat.
Sumber Inspirasi
Parid, Miftah. Refleksi Islam Ikhtiar
Memaknai Gagasan Islam Kultural, Bandung: Pusdai Press. 2001.
0 komentar:
Posting Komentar