Sabtu, 09 Mei 2015

Membangun Kekuatan Dakwah


Membangun Kekuatan Dakwah
(29 maret 2015)
Oleh: M. Jandi al-farisi

“kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Qs. Ali Imran 110)

Pada hakikatnya manusia adalah Khaira Ummat, para juru dakwah adalah sebuah komunitas yang mengemban amanat memperbaiki, mengingatkan, dan membentuk tatanan kehidupan masyarakat menuju kearah yang lebih baik yang  sesuai dengan ketentuan yang telah ALLAH SWT dan rasuln-nya tekankan. Dengan khalifah yang menjadi misi uatamanya dan memperbaiki. sebagai tuntutanya mempunyai peran dan tanggung jawab terdepan untuk mengahadapi kondisi masyarakat yang semakin jauh dari nilai-nilai keagamaan. Berusaha menciptakan suatu gerakan membimbing dan memlihara manusia menuju semangat spiritualitas dalam membangun kehidupan sosial yang seimbang antara kepentingan duniawi dan ukhrawi.
Dalam membangun ukhuwah islamiah pada dasarnya selalu mengalami berbagai goncangan, kucilan bahkan hinaan sekalipun. Sebagai figur karismatik diera post-modern seperti sekarang mereka (pengemban dakwah) merupakan ruh, kekuatan moral yang sanggup memberikan napas segar ditengah-tengah problematika umat yang semakin darurat yang diwarnai kebebasan berekpresi baik dalam tataran moral, sosial bahkan ranah spiritual, karena komunitas dakwah baru-baru ini banyak dirasuki oleh orang-orang yang ingin menghancurkan komunitas dakwah dengan cara memasuki ranah komunitas tersebut dan berusaha meliberalisasikan jamaah dakwah.
Ada proses rekayasa sosial dalam menjembatani berbagai kepantingan hidup dan kehidupan. Disatu sisi para pendakwah harus menyajikan model dan gaya menyampaikan kebaikan, tapi disisi lain, dakwah pun dituntut untuk tetap responsif terhadap  berbagai perubahan sosial yang terjadi. Harus berusaha inklusifisme menerima masyarakat luar yang ingin berafiliasi dengan jamaah, jangan sampai eksklusif dimata khalayak umum. Dalam mengimplementasikan konsep rekayasa sosial perlu kiranya ada sebuah kebersamaan dalam mewujudkan itu semua. Kekuatan kolektif sebagai modal awal dalam membentuk bangunan yang utuh dari komunitas tersebut.
Karena pada faktanya gerakan dakwah yang terjadi selama ini hanya berfokus pada ranah komunitasnya dan terkadang individual, tidak adanya gerakan komunal untuk merangkul semua lapisan masyarakat yang sedang sakit. Karena itu, Untuk menciptakan citra dakwah yang sesungguhnya perlu adanya proses sosialisasi kesan tentang dakwah. Karena dengan hal ini proses misi utama dakwah adalah mengenalkan dan berusaha merangkul mereka yang membutuhkan perbaikan dan yang perlu di rekonsiliasi prilaku dan tindakan yang melenceng. Al-qur’an pun mengilustrasikan secara bersahabat bahwa dakwah adalah sebagai kekuatan yang dapat mengetuk kesadaran sosial dan spiritual umat manusia.
Antara dakwah dan masyarakat sebgai objeknya pada dasarnya adalah mengisay aratkan paling tidak ada dua hal penting. Pertama, realitas sosial merupakan alat ukur keberhasilan dakwah disatu pihak, yang sekligus menjadi cerminan sosial dalam menjalankan dakwah. Dan kedua, aktivitas dakwah sendiri pada hakikatnya merupkan pilihan strtegis dalam membentuk arah perubahan suatu masyarakat. Oleh karena itu eksistensi dakwah sama sekali tidak bisa diabaikan dari dinamika kehidupan masyarakat. 

Sumber Inspirasi
Parid, Miftah. Refleksi Islam Ikhtiar Memaknai Gagasan Islam Kultural, Bandung: Pusdai        Press. 2001.

0 komentar:

Posting Komentar