Minggu, 20 September 2015

Masihkah KAMMI Memiliki Ciri Khas?




By: Muhammad Jandi al-farisi
27 juli 2015 (20: 47 wib)

Prolog
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), lahir pada tanggal 29 maret 1998 yang dikenal dengan deklarasi malang. diprakarsai oleh Fahri Hamzah yang sekarang menjadi wakil ketua DPRRI. dengan terbentuknya organisasi kepemudaan berbasis keislaman, KAMMI senantiasa menjadi wadah bagi para pegiat dakwah yang senantiasa memiliki mimpi besar akan terwujudnya karakter masyarakat indonesia yang islami dalam bergai lini. Kultur yang terbangun dalam struktur KAMMI sangatlah khas, bentuk ketaatan, persaudaraan, militansi Dan keikhlasan dalam menjalankan amanah dan syariat agama. Dengan meneguhkan diri sebagai muslim negarawan, para kader senantiasa mempraktekan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan (sistem negara), meneguhkan peran pemuda yang tetap istiqomah dalam melanjutkan risalah kenabian melalui karakter gerakan intelektrual profethik, Akulturasi sebagai hasil penyesuaian dimana zaman yang semakin dinamis. 

Tentunya setiap organisasi memiliki ciri khasnya tersendiri yang telah menjadi Helix[1], yang kemudian orang mengenalnya sebagai apa yang telah ia definisikan, baik secara simbolik maupun secara gerakan. Secara universal KAMMI memiliki identitas tersendiri yang dahulu mudah sekali mengenali mana kader KAMMI dan mana yang bukan kader KAMMI. Namun, secara evolusi apakah ciri khas tersebut masih melekat kuat dalam tubuh KAMMI? Atau dramaturgi sebagai alat untuk mempertahankan eksistensi diri? Hal tersebut bisa kita komparasikan. yang dimana sejak kehadiran KAMMI diberbagai universitas, dengan membawa budayanya tersendiri kemudian dapat dikenal dengan aktivis dakwah kampus yang dimana masjid sebagai rumah dan kampus kedua dalam pembentukan kualitas kader. 

Perangkat simbolik Gerakan KAMMI Dari Awal Kemunculanya
Diawali oleh masjid kampus pertama di Indonesia, Masjid Salman Di Institute Teknologi Bandung (ITB), dimulailah membentuk pengajian-pengajian kecil, dengan materi seputar aqidah dan pemurnian makna laa ilaaha illallah (Amin Sudarsono: 2010). Dengan tujuan membentuk pribadi yang berbudi dan membentuk karakter masyarakat yang islami. diharapkan dari halaqah tersebut bisa mewujudkan dan memunculkan apa yang telah di cita-citakan, yang tertuang dalam visi gerakan KAMMI. Lanjut Amin, bahwasanya hal tersebut termotivasi dari beberapa pergerakan yang menawarkan ide-ide pemurnian terhadap pemahan islam itu sendiri dengan kembali kepada Allah dan Rasulnya. Pergerakan tersebut seperti Ikhwanul Muslimin (mesir), Hizbut Tahrir (yordania), Salafy, Al-Haramain, dan Jamaat Al-Islami (pakistan). Kemudian penanaman sikap yang anti imperialisme barat dengan Ghazwul Fikri-nya. 

Para pemuda berjenggot, memakai celana ¾, tidak merokok, tidak memakai celana jeans, tidak berkumis dan lainya. para wanita berkerudung (jilbab) lebar dan tidak terlalu mencolok, akhwat tersebut selalu memakai kaoskaki dalam setiap aktivitasnya,  para mahasiswa yang senantiasa menyelipkan al-quran kecil disaku baju mapun dalam tasnya. 

Kesemuanya semakin berkembang dengan ghazwul fikri menjadikan mahasiswa menjadi sosok yang tampil secara esklusif dengan pemahaman keislaman yang dalam, berseminya mahasiswi yang berkerudung lebar dan berkembangnya mahasiswa yang sering menenteng Qur’an-Qur’an kecil. Dengan masjid-masjid kampus dan mushola sebagai wadah dan ruang untuk membentuk idealisme, perkumpulan-perkumpulan kader dakwah dan menyemai bibit-bibit unggul melalui pengkaderan gerakan ini disebut Gerakan Tarbiyah

Gerakan tarbiyah menjadi induk gerakan KAMMI, yang dimana hal tersebut bersumber dari gerakan internasional (mesir) yaitu Ikhwanul Muslimin. Yang dimana meniru pola kaderisasi dengan sebutan liqoat, salah satu ciri khas lainya adalah demontrasi[2]. Liqo adalah basis kaderisasi gerakan tarbiyah. Liqo atau usrah atau halaqah atau taklim pekanan telah menjadi sistem sel[3] kaderisasi yang menjadi inti bagi pergerakan islam revivalis. 

Para aktivis dakwah ini  bergerak dibawah tanah untuk melakaukan proses kaderisasi dan ideologisasi. Istilah liqo dipopulerkan oleh para aktivis gerakan tarbiyah yang dimana muncul karena menggunakan “pendidikan” (tarbiyah) sebagai metode kaderisasi. Liqo adalah pendidikan seumur hidup setiap kader tarbiyah. Dalam liqo terdapat unsur murabbi dan mutarabbi  keduanya saling berdiskusi sesuai dengan kebutuhan dan apa yang telah tertuang dalam kurikulum tarbiyah, terkadang liqo juga menjadi ajang untuk saling memahami dengan berdiskusi satu sama lain dengan tema yang sangat universal. 

Corak radikalisme akan selalu beriringan dalam struktural  kegitan perjenjangan (marhalah) para anggota KAMMI. Jenjang inilah yang dinamakan proses kaderisasi (DM 1,2 dan 3). Setelah itu selalu diadakan kegitan madrasah KAMMI sebagai bentuk liqo dalam ORGANISASI ini.   

Merenung sejenak!
Yang menjadi pertanyaan besar adalah, baik itu bagi saya dan kalian semua, masihkah Perangkat Simbolik KAMMI saat ini relevan dengan apa yang telah terukir sejak lama?
Semoga Allah SWT. senantiasa meneguhkan jiwa setiap individu.



[1] Helix Adalah Kebiasaan (Habitus) Yang Telah Mendarah Daging Dalam (Diri Manusia, Struktur Sosial, Sistem Sosial Dlsb) Dan Sulit Atau Tidak Bisa Ditinggalkan. Atau Helix Lahir Dari Habitus.
[2] Demontrasi turun kejalan yang dilakukan secara damai tanpa anarki.
[3] Sistem sel adalah sebuah proses pengkaderan yang dilakukan secara berkala. Sebuah sel dalam kaderisasi yang akan membangun sel baru dibawahnya. Kemudian sel dibawahnya akan membentuk sel baru lagi dan demikian seterusnya.

0 komentar:

Posting Komentar