By: Muhammad Jandi al-farisi
27
juli 2015 (20: 47 wib)
Prolog
Kesatuan
Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), lahir pada tanggal 29 maret 1998 yang dikenal
dengan deklarasi malang. diprakarsai oleh Fahri Hamzah yang sekarang menjadi
wakil ketua DPRRI. dengan terbentuknya organisasi kepemudaan berbasis keislaman,
KAMMI senantiasa menjadi wadah bagi para pegiat dakwah yang senantiasa memiliki
mimpi besar akan terwujudnya karakter masyarakat indonesia yang islami dalam
bergai lini. Kultur yang terbangun dalam struktur KAMMI sangatlah khas, bentuk
ketaatan, persaudaraan, militansi Dan keikhlasan dalam menjalankan amanah dan syariat
agama. Dengan meneguhkan diri sebagai muslim negarawan, para kader senantiasa
mempraktekan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan (sistem negara),
meneguhkan peran pemuda yang tetap istiqomah dalam melanjutkan risalah kenabian
melalui karakter gerakan intelektrual profethik, Akulturasi sebagai hasil
penyesuaian dimana zaman yang semakin dinamis.
Tentunya
setiap organisasi memiliki ciri khasnya tersendiri yang telah menjadi Helix[1],
yang kemudian orang mengenalnya sebagai apa yang telah ia definisikan, baik
secara simbolik maupun secara gerakan. Secara universal KAMMI memiliki
identitas tersendiri yang dahulu mudah sekali mengenali mana kader KAMMI dan
mana yang bukan kader KAMMI. Namun, secara evolusi apakah ciri khas tersebut
masih melekat kuat dalam tubuh KAMMI? Atau dramaturgi sebagai alat untuk
mempertahankan eksistensi diri? Hal tersebut bisa kita komparasikan. yang dimana
sejak kehadiran KAMMI diberbagai universitas, dengan membawa budayanya
tersendiri kemudian dapat dikenal dengan aktivis dakwah kampus yang dimana
masjid sebagai rumah dan kampus kedua dalam pembentukan kualitas kader.
Perangkat simbolik Gerakan
KAMMI Dari Awal Kemunculanya
Diawali
oleh masjid kampus pertama di Indonesia, Masjid Salman Di Institute Teknologi
Bandung (ITB), dimulailah membentuk pengajian-pengajian kecil, dengan materi
seputar aqidah dan pemurnian makna laa ilaaha illallah (Amin Sudarsono:
2010). Dengan tujuan membentuk pribadi yang berbudi dan membentuk karakter
masyarakat yang islami. diharapkan dari halaqah tersebut bisa mewujudkan
dan memunculkan apa yang telah di cita-citakan, yang tertuang dalam visi
gerakan KAMMI. Lanjut Amin, bahwasanya hal tersebut termotivasi dari beberapa
pergerakan yang menawarkan ide-ide pemurnian terhadap pemahan islam itu sendiri
dengan kembali kepada Allah dan Rasulnya. Pergerakan tersebut seperti Ikhwanul
Muslimin (mesir), Hizbut Tahrir (yordania), Salafy, Al-Haramain,
dan Jamaat Al-Islami (pakistan). Kemudian penanaman sikap yang anti
imperialisme barat dengan Ghazwul Fikri-nya.
Para
pemuda berjenggot, memakai celana ¾, tidak merokok, tidak memakai celana jeans,
tidak berkumis dan lainya. para wanita berkerudung (jilbab) lebar dan tidak
terlalu mencolok, akhwat tersebut selalu memakai kaoskaki dalam setiap
aktivitasnya, para mahasiswa yang
senantiasa menyelipkan al-quran kecil disaku baju mapun dalam tasnya.
Kesemuanya
semakin berkembang dengan ghazwul fikri menjadikan mahasiswa menjadi
sosok yang tampil secara esklusif dengan pemahaman keislaman yang dalam, berseminya
mahasiswi yang berkerudung lebar dan berkembangnya mahasiswa yang sering
menenteng Qur’an-Qur’an kecil. Dengan masjid-masjid kampus dan mushola sebagai
wadah dan ruang untuk membentuk idealisme, perkumpulan-perkumpulan kader dakwah
dan menyemai bibit-bibit unggul melalui pengkaderan gerakan ini disebut Gerakan
Tarbiyah.
Gerakan
tarbiyah menjadi induk gerakan KAMMI, yang dimana hal tersebut bersumber dari
gerakan internasional (mesir) yaitu Ikhwanul Muslimin. Yang dimana
meniru pola kaderisasi dengan sebutan liqoat, salah satu ciri khas
lainya adalah demontrasi[2]. Liqo
adalah basis kaderisasi gerakan tarbiyah. Liqo atau usrah atau halaqah
atau taklim pekanan telah menjadi sistem sel[3]
kaderisasi yang menjadi inti bagi pergerakan islam revivalis.
Para
aktivis dakwah ini bergerak dibawah
tanah untuk melakaukan proses kaderisasi dan ideologisasi. Istilah liqo
dipopulerkan oleh para aktivis gerakan tarbiyah yang dimana muncul karena
menggunakan “pendidikan” (tarbiyah) sebagai metode kaderisasi. Liqo adalah
pendidikan seumur hidup setiap kader tarbiyah. Dalam liqo terdapat unsur murabbi
dan mutarabbi keduanya saling
berdiskusi sesuai dengan kebutuhan dan apa yang telah tertuang dalam kurikulum
tarbiyah, terkadang liqo juga menjadi ajang untuk saling memahami dengan
berdiskusi satu sama lain dengan tema yang sangat universal.
Corak
radikalisme akan selalu beriringan dalam struktural kegitan perjenjangan (marhalah) para anggota
KAMMI. Jenjang inilah yang dinamakan proses kaderisasi (DM 1,2 dan 3). Setelah
itu selalu diadakan kegitan madrasah KAMMI sebagai bentuk liqo dalam ORGANISASI
ini.
Merenung
sejenak!
Yang
menjadi pertanyaan besar adalah, baik itu bagi saya dan kalian semua, masihkah Perangkat
Simbolik KAMMI saat ini relevan dengan apa yang telah terukir sejak lama?
Semoga
Allah SWT. senantiasa meneguhkan jiwa setiap individu.
[1] Helix Adalah Kebiasaan (Habitus)
Yang Telah Mendarah Daging Dalam (Diri Manusia, Struktur Sosial, Sistem Sosial
Dlsb) Dan Sulit Atau Tidak Bisa Ditinggalkan. Atau Helix Lahir Dari Habitus.
[2]
Demontrasi turun kejalan
yang dilakukan secara damai tanpa anarki.
[3] Sistem sel adalah sebuah proses
pengkaderan yang dilakukan secara berkala. Sebuah sel dalam kaderisasi yang
akan membangun sel baru dibawahnya. Kemudian sel dibawahnya akan membentuk sel
baru lagi dan demikian seterusnya.
0 komentar:
Posting Komentar