by: M. Jandi alfarisi
Wajah
Kehidupan Zaman Jahiliyah
Al-jahlu_ secara bahasa ‘berarti tidak berpengetahuan’
atau ‘bodoh’. Disebut zaman jahiliyah bukan berarti pasa masa itu tidak ada
manusia pintar ataupun berpengetahuan. Sejarah mewartakan bahwa banyak manusia
pintar dan berpengetahuan hebat sebelum kehadiran islam dialtar kehidupan ini,
terutama bangsa arab yang terkenal dengan bangsa yang banyak melahirkan penyair
hebat dan pemikir handal.
Jahiliyah yang dimaksudkan adalah kebutaan
mata hati dan pikiran dalam menerima dan menyikapi nilai-nilai luhur kehidupan
serta memungkiri nilai-nilai ketuhanan yang diajarkan agama samawi. Oleh karena
itu, orang disebut bodoh bukan berarti tidak berilmu, melainkan menyakini
seseuatu yang salah, menentang kebenaran, atau mengerjakan sesuatu dengan
menyalahi sesautu dengan menyalahi aturan dan tidak mengerjakan yang seharusnya
dia kerjakan.
Fakta kehidupan mewartakan bahwa sebelum
kehadiran islam, bangsa arab memiliki pola hidup yang jauh dari nilai-nilai
luhur kehidupan: membanggakan keturunan, memperbanyak kekayaan duniawi, dan
berlomba-lomba dalam menggapai kedudukan sosial. Perjudian, prostitusi, pesta
miras, dan beragam sikap mental negatif lainya yang menjadi Life Style
kehidupan mereka.
Hal tersebut menyebabkan terpinggirkannya
nilai-nilai dan pranata sosial dalam kehidupan; yang kuat menguasai yang lemah,
hukum milik mereka yang kaya dan berkuasa, dan semua aktivitas kehidupan harus
berbuah kekayaan duniawi dan popularitas diri dengan cara apapun. Adaun
penuhanan harta, tahta serta pemuasan hasrat seksual adalah Trade Mark
kehidupan masyarakat jahiliyah. Oleh karena itu, zaman jahiliyah disebut juga
era kegelapan karena sejatinya yang bodoh bukanlah otak dikepala mereka,
melainkan hati dan akal sehat yang terbutakan dari nilai-nilai luhur kehidupan
ilahiah[].
Benderangnya
Cahaya Islam
Kehadiran islam dialtar kehidupan ini adalah
wujud nyata kasih sayang allah SWT kepada makhluknya. Diutusnya nabi muhammad
saw. Adalah bukti riil wajah kekasihnya dialam semesta ini.
“dan kami kami tidak mengutus engkau
(muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (al-anbiya, 21: 107)
Adapun mereka yang terampas hak asasi
manusianyaa, terzalimi, dan termarjinalkan tentu akan merasakan berkah agung
atas kehadiran islam dibumi ini.
Sejarah memberitakan bahwa sebelum klehadirn
islam, mekah penuh dengan prilaku, tradisi dan budaya jahiliyah yang jauh dari
nilai-nilai kehidupan. Namun dengan kehadiran islam kini mampu melahirkna
semangat kebersamaan, melintas batas kabilah, marga, kelas sosial, ataupun
lebel-lebel, sekat-sekatduniawi lainya dalam bingkai persaudaraan islam yang
bersendikan nilai-nilai keislaman dan keimanan.
Kehadiran islampun mampu mengubah watak-watak
jahiliyah menjadi watakl yang sialmi, syirik menjadi tauhid, sikap sombong
menjadi tawaduk, dan kasar menjadi santun. Berkat risalah islam, kesenjangan
soaial dapat terahpuskan, kelas soaial dapat terkuburkan, mereka yang papa dan
terpinggirkan merasa dimanusiakan dan dihargai harkat kemanusiaaanya.
Sungguh, mewujudkan sikap cinta kasih ditengah
gemuruh masyarakat jahiliyah bukanlah pekerjaan yang mudah. Hal ini karena
budaya pagan yang telah berlangsung turun temurun kian menjadi tradisi
tumbuhlah sikap helix dalam jiwa masyarakat. Itulah yang menghalangi laju
dakwah rasulallah saw pada awal-awal permulaan islam di mekah.
Walaupun demikian, kehadiran islam merupakan
berkah agung bagi orang-orang yang lemah dan terlemahkan, seperti para budak
dan fakir miskin. Ajaran islam memuliakan sisi kemanusiaan mereka, menghargai
harkat dan martabat mereka. Kemuliaan seorang manusia dihadapan allah adalah
yang paling bertakqwa, bukan yang paling tinggi status sosialnya. Nasabnya,
ataupun kekayaannya.
Merka yang kurang beruntung itu meresa
menemukan kesejatian diri stelah memeluk islam demikian pula yang memeiliki
kekayaan materi dan kedudukan, mereka menemukan tata laksana kehidupan yang
indah dibawah nagungan syariat islam. Lebih dari itu, mereka bisa menunjukan
keislaman mereka tidak semata-mata dengan kesalehan ritual, tetapi juga dengan
kesalehan sosial, yaitu dengan membantu sesama saudara seiman dan seagama yang
kurang beruntung atau mengalami kesulitan hidup akibat mempertahan kan keiman
dan keislaman[].
Melepas
kepergian sahabat terkasih
Sepuluh tahun berjuang menegakan ajaran islam dan membangun
oeradaban kehidupan yang bersendikan nilai-nilai iman dan islam bukanlah laku
kehidupan yang penuh dengan dera dan tawa bahagia, melaikan menguras tenaga,
pikiran, bahkan air mata. Banyak kerikil tajam
yang meski dihadapi dalam menegakan kebenaran ilahiyah. Ada emosi yang harus
ditahan, ada kesabaran dan logika jernih yang meski dikedepankan semua itu
dihadapi rasulallah saw dengan tulus ikhlas, semata-mata mengharap ridha allah azza
wajalla.
Setelah menyampaikan khutbah monumental pada
haji wada, trunya wahyu allah swt. Dalam surat almaidah ayat 3 dan ketika para
sahabat mengetahui makna hakiki wahyu terkhir tersebut, rasulallah berusaha
membesarkan hati mereka untuk tetap tabah dan tawakal menghadapi seluruh
rintangan hidup. Beliau juga tetap utuh menjalankan tugas kenabianya hingga
tubuhnya benar-benr tidak mampu melakukannya. Itulah semngat juang rasulallah
saw. Yang tetap utuh mensyiarkan risalah allah swt hingga akhir hayatnya[].
Wasiat
terberat
Sebelum rasulallah saw jatuh sakit dan pergi
keharibaan allah, beliau berkhutbah untuk yang terakhir, ”wahai umatku kita
semua ada dalam kekuasaan allah dan cinta kasihnya. maka dari itu, taat dan
bertaqwalah kepadanya. Kuwariskan dua hal kepada kalian: al-quran dan sunnahku.
Siapa yang mencintai suannahku, berarti mencintai diriku dan kelak orang-orang
yang mencintaiku akan bersama-sama denganku disyurga allah.”
Simaklah dengan seksama wasiat agung
rasulallah saw tersebut yang menyatakan bahwa jalan lapang menuju syurgha allah
swt ialah dengan menjalani kehidupoan ini senapas dengan nilai-nilai al-quran
dan sunnah nabinya. Jalan apapun yang ditempuh dalam keislamana seseorang,
apapun mazhab dan kelompok dan kelompok seseorang nilai-nilai al-quran dan
sunnah nabinya harus ditegakan dan dijadikan spirit utama dalam bersembah sujud
kepada allah swt.
Ketika jasad rasulallah saw disemayamkan
dikediama aisyah ra, kaum muslim, baik muhajirin dan anshar, bertanya-tanya,
“siapakah yang akan menjadi khalifah belaiau untuk memimpin umat islam?”
merekapun mendiskusikan sosok yang paling tepat menjadi amirul mukminin
(pemimpin kaum beriman) setelah kepergian rasuallah saw kealam baqa. Tidak
satupun ada yang memprediksi, apalagi mengikrarkan diri menjadi khalifah
rasulallah saw[].