"BERGESERNYA NILAI-NILAI SOSIAL"
By:
Muhammad Jandi Al-Farisi
14 juli 2015
Ketika tahun 80, 90 dan hingga akhir tahun 2000an masyarakat kampung cikupa dan sekitarnya masih sangat bersifat tradisional, memegang teguh nilai-nilai kebersamaan baik itu dalam bermasyarakat, berkeluarga, individu dll. Terutama dalam menjaga tradisi yang di wariskan oleh nenek moyang masyarakat setempat. Kebersamaan ini yang membuat mereka dikenal dengan masyarakat paguyuban oleh perdinan tonnies. Sejak terbentuknya kampung cikupa dan karakter masayarakatnya masih bersifat trdisional, kolot, pemikiran yang terbatas, dll. Ini menyebabkan banyak sekali perkembangan penduduk yang berdatangan. Sehingga lambat laun populasi penduduk kampung cikupa semakin bertambah. Dengan jenis pekerjaan yang homogen yaitu pertanian saja, membuat masyarakat setempat memiliki perbekalan yang cukup dala hal pem,enuhan makanan selama beberra bulan hingga menjelang musim tanam kemabli.
Ada dua hal yang
mengutamakan kebersamaan namun luntur secara perlahan:
1.
Dari
Antena Menuju Parabola (Lokal Ke Global)
dalam
proses perubahananya memang banyak sekali pergeseran baik itu yang bersifat
evolusi maupun yang bersifat revolusi. Ketika perubahan itu lambat laun hilang
maka luntrurlah nilai-nilai sosial yang sudah terjalin puluhan tahun lamanya.
Memang cukup disayangkan dengan pergeseran ini banyak sekali moment-moment
terntetu yang terlewatkan. Terutama moment menguatkan kembali tali silaturahmi
ala masyarakat zaman dahulu. Dahulu terkenal ada alat yang sangat asing bagi
masyarakat cikupa dan sekitarnya yaitu pemancar atau penanggkap signal.
masyarakat setempat menyebutnya denganistilah radar. Dimana radar tersebut
hanya dimiliki oleh satu dua orang saja. Dan biasanya yang mempunyai alat
tersebut adalah orang-orang yang sering pulang pergi bermigrasi ke kota,
adapula yang memang secara ekonomi mereka berkecukupan, sehingga mereka memilikinya.
Sebagai alat yang fungsinya menghibur manusia, Maka televisi sebagai alat audio
visualnya dengan kualitas tv yang sangat jadul, besar dengan warnanya hitam
putih. Energi yang digunakannya adalah aki yang satu minggu sekali di cas.
Karena kekutaan aki tersebut hanya bertahan rata-rata satu minggu dan
tergantung pemakaian. Selain aki adapula energi yang dihasilakn dari tenaga
matahari, yaitu tenaga surya dan dahulu hanya satu orang saja yang memilikinya.
Dengan
alat tersebut banyak sekali manfaat yang dapat diambil oleh mayarakat pada masa
zaman dahulu hingga sekarang. Karena pada dasarnya keberadaan benda tersebut
membuat kerukunan antara tetangga semakin baik, hubungan sosial satu kampung
bahkan lebih menjadi erat dan wadah tali silaturahmi kian bersemi. Dalam satu
malam bisa diperkirakan 20-30 orang itu berjubel dalam satu rumah yang
mempunyai televisi tadi. Dengan tayangan-tayangn yang menghibur seperti
sinetron tersanjung, kuis komunikata dan sebagainya. keterbatsan stasion tv yang masih sedikit (tvri, rcti,
indosiar dll). Ketika terjadi perkumpulan dimalam hari dirumah pemilik tv
sering terjadi interaksi yang sangat intim antara tamu dan pribumi, terkadang
saling memberi makanan, saling menasihati, ajang untuk temu saudara dan
terkadang sering terjadi konflik akibat terlalu seringnya berkunjung namun
tidak mau memberikan bantuan untuk pengisian baterai aki. Maka terjadilah
percekcokan. Pertukaran sosial terkadang menjadi sebuah entitas sebagai
masyarakat yang masih tradisional.
Namun,
beda halnya dengan kondisi sekarang semakin majunya tekhnologi dan proses
globalisasi semakin menjadi hal-hal yang bersifat kolektif kini kian memudar,
kebersamaan satu sama lain yang telah tercipta ketika tahun 80 hingga 2000an
kini lebur begitu saja. Jarang sekali kita menemukan perkumpulan dalam satu
rumah yang sengaja atau tidak disengaja untuk datang kerumah yang mempunyai
televisi. Karena proses pergeseran dari yang asalnya lokal menjadi global ini
mengakibatkan munculnya karakter masyarakat yang individualistik. Terkadang
jika tidak ada keperluan yang sangat penting jarang sekali untuk berkunjung
pada satu rumah kerumah yang lainya. Perubahan pemancar atau penangkap signal
ini mengakibatkan makin banyaknya pemilik televisi perlahan hampir setiap rumah
memiliki dan tidak lagi menggunakan tivi yang berukuran besar, bulat dan
warnaya hitam putih. Kini penggunaan parabola semakin menyebar hampiur setiap
rumah dari asalnya yang menggunakan antena atau radar beralih menggunakan
parabola yang bisa menjangkau berbagai tayangan disetiap televisi dan dapat
menangkap berbagai stasion tv nasional bahkan internasional.
Seiring
dengan beralihnya alat-alat hiburan tadi dari asalnya antena berubah mejnadi
parabola, dari asalnya tv besar hingga tv yang berukuran slim dan elegan, dari
aalnya energi yang menngunakan tenaga AKI dan tenga surya (matahri) kini
berubah menggunakan listrik sebagai energinya. Bahakan banyak sekali dampak
negatif terhadap dunia sosial masyarakat yang asalnya tradisional kini menjadi
global. Wawsan yang semakin meluas namun tidak dibarengi dengan tindakan,
pergaulan yang digiplak dari media sosial membuat genreasi muda kampung cilkupa
kian lama kian hancur. Kemabli ke awal bahwa perubahan diatas setidaknya
membuat masyarakat cikupa memasuki masyarakat yang sangat ada diagruis transisi
menuu masyarakat modern atau masyarakat abad dua satu. Sekali lagi bahwa
kebersamaan kian hilang komunikasi yang smakin basi, dan interaksi satu sama
lain tidak lagi terjadi jika tidak didaari oleh kepentingan yang mendesak. Ya
walaupun masih ada beberapa orang yang masih akan diunia sosial. Masyarakat
kampung cikupa sekaang jangankan untuk kumpul bareng dengan sesam ibu-ibu atau
bapak-bapak anak-anakpun jarang sekali yang bermain secara serentak dalam
suyatu area. Inilah dinamika sosial yang terjadi pada msyarakat kampung cikupa
yang asalnya msayarakat yang lokal kini berubah menjadi masayarakat yang global
Yang didorong oleh kekuatan tekhnologi mutakhir.
2.
Dari
Nutu Menjadi Pabrik (Mesin Heler)
Lagi-lagi
akibat perkembangan tekhnologi yang semakin cepat berkembang, salah satunya
adalah perkembangan atau kemunculan mesin penggilingan padi yang sering disebut
dengan istilah heler. Pabrik ini dikapmpung cikupa memang sejak awal tida ada
seorangpunm yang mempunyainya. Namun karena informasi dari luar bahwa ada mesin
yang memudahkan untuk penumbukan padi menjadi beras maka bergegaslah membeli
inovasi terbaru ini. Pada awalnya dikapung sebelah yaitu wa usup yang
memilikinya, kemudian disusul oleh ust usep yang memiliki alat pengilaingan
padi ini. Namun karena ust usep kekuranagn modal maka usaha tumbuk padi ini
tidak bertahan lama dan akhirnya pailit. tersisa wa usup yang ada dikampung
mataram, sejak kemunculan alat ini memang tidk terlalu ramai pengunjung yang
akan menggiling padinya, karena terlalu mahal biaya untuk penggilaingan padi
tersebut. Mereka legih memilih untuk ditumbuk secara tradisional yaitu dengan
menggunakan lisung sebagai wadahnya dan halu sebagai alat penumbuknya yang
secara keseluruhan alat tradisional ini dinamakan peroses NUTU. Nutu ini bisa
dil;akukan secara bersam-sama (2-5 orang bahkan lebih ) atau seorang diri
dengan menggukanak lisung yang kecil.
Proses
tumbuk beras dengan menggunkan alat lisung, halu dan saung ini merupakan suatu
tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang yang pada intinya selain kita bekerja
untuk menumbuk padi yang mengahsilkan beras, biasanya juga menumbuk jagung,
gandrung, singkong, wijen dll. Dan ajang untuk saling membantu satu sama lain
dengan tindakan gotong royong, bersilaturahmi dan suasan untuk berkumpul sambil
berbincang kemana-mana tanpa arah. Inilah suatu mesin tradisonla yang sangat
multi fungsi. Selain mengashilkan bahan makanan kemuadia ia juga mengahsilkan
alat perekat sosial antara masyarakat satu dengan yang lainya.
Memasuki
tahu 2000an hingga kini sangat langka sekali kita menemukan alat tradisional
tersebut disetiap rumah. Bahkan hilang, tergantikan oleh alat yang sangat mudah
dalam pengerjaanya ya diganti oleh mesih penggilingan (heler padi). Sebenarnya
ini juga mendatangkan beberapa orang yang mau ngaheler namun biasanya mereka
hany menyimpan padi dan ditinggalkan begitu saja. Tanpa ditunggu atau sambil
menunggu berbincang dengan yang lainya, itu tidak ada. Sedikit sekali manfaat
sosial yang dihasilkan sebgai bentuk alat menumbuk sekaligus wadah untuk ajang
silaturahmi dll yang bersifat kebersamaan.
Biasanya,
ketika pagi-pagi terdengar dug-dug suara yang sedang menumbuk padi, terkadang
terdengar di sore hari bahakn disisang hari. Banyak juga perkumpulan ayam yang
sedang memangsa padi dan beras yang berjatuhan. Diseklilingnya ada ibu-ibu atau
anak-anak yang sedang bermain. Namun, Sekarang tergantikan dari pagi hingga jam
16:00 sore suara gemuruh tanpa henti yang dikelurkan oleh mesin penggilingan.{}
0 komentar:
Posting Komentar