Sabtu, 26 September 2015

“Sebuah Loyalitas Tanpa Batas”


by: M. Jandi alfarisi

 
Wajah Kehidupan Zaman Jahiliyah

Al-jahlu­_ secara bahasa ‘berarti tidak berpengetahuan’ atau ‘bodoh’. Disebut zaman jahiliyah bukan berarti pasa masa itu tidak ada manusia pintar ataupun berpengetahuan. Sejarah mewartakan bahwa banyak manusia pintar dan berpengetahuan hebat sebelum kehadiran islam dialtar kehidupan ini, terutama bangsa arab yang terkenal dengan bangsa yang banyak melahirkan penyair hebat dan pemikir handal. 

Jahiliyah yang dimaksudkan adalah kebutaan mata hati dan pikiran dalam menerima dan menyikapi nilai-nilai luhur kehidupan serta memungkiri nilai-nilai ketuhanan yang diajarkan agama samawi. Oleh karena itu, orang disebut bodoh bukan berarti tidak berilmu, melainkan menyakini seseuatu yang salah, menentang kebenaran, atau mengerjakan sesuatu dengan menyalahi sesautu dengan menyalahi aturan dan tidak mengerjakan yang seharusnya dia kerjakan. 

Fakta kehidupan mewartakan bahwa sebelum kehadiran islam, bangsa arab memiliki pola hidup yang jauh dari nilai-nilai luhur kehidupan: membanggakan keturunan, memperbanyak kekayaan duniawi, dan berlomba-lomba dalam menggapai kedudukan sosial. Perjudian, prostitusi, pesta miras, dan beragam sikap mental negatif lainya yang menjadi Life Style kehidupan mereka. 

Hal tersebut menyebabkan terpinggirkannya nilai-nilai dan pranata sosial dalam kehidupan; yang kuat menguasai yang lemah, hukum milik mereka yang kaya dan berkuasa, dan semua aktivitas kehidupan harus berbuah kekayaan duniawi dan popularitas diri dengan cara apapun. Adaun penuhanan harta, tahta serta pemuasan hasrat seksual adalah Trade Mark kehidupan masyarakat jahiliyah. Oleh karena itu, zaman jahiliyah disebut juga era kegelapan karena sejatinya yang bodoh bukanlah otak dikepala mereka, melainkan hati dan akal sehat yang terbutakan dari nilai-nilai luhur kehidupan ilahiah[].

Benderangnya Cahaya Islam
Kehadiran islam dialtar kehidupan ini adalah wujud nyata kasih sayang allah SWT kepada makhluknya. Diutusnya nabi muhammad saw. Adalah bukti riil wajah kekasihnya dialam semesta ini. 

“dan kami kami tidak mengutus engkau (muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (al-anbiya, 21: 107)

Adapun mereka yang terampas hak asasi manusianyaa, terzalimi, dan termarjinalkan tentu akan merasakan berkah agung atas kehadiran islam dibumi ini. 

Sejarah memberitakan bahwa sebelum klehadirn islam, mekah penuh dengan prilaku, tradisi dan budaya jahiliyah yang jauh dari nilai-nilai kehidupan. Namun dengan kehadiran islam kini mampu melahirkna semangat kebersamaan, melintas batas kabilah, marga, kelas sosial, ataupun lebel-lebel, sekat-sekatduniawi lainya dalam bingkai persaudaraan islam yang bersendikan nilai-nilai keislaman dan keimanan. 

Kehadiran islampun mampu mengubah watak-watak jahiliyah menjadi watakl yang sialmi, syirik menjadi tauhid, sikap sombong menjadi tawaduk, dan kasar menjadi santun. Berkat risalah islam, kesenjangan soaial dapat terahpuskan, kelas soaial dapat terkuburkan, mereka yang papa dan terpinggirkan merasa dimanusiakan dan dihargai harkat kemanusiaaanya. 

Sungguh, mewujudkan sikap cinta kasih ditengah gemuruh masyarakat jahiliyah bukanlah pekerjaan yang mudah. Hal ini karena budaya pagan yang telah berlangsung turun temurun kian menjadi tradisi tumbuhlah sikap helix dalam jiwa masyarakat. Itulah yang menghalangi laju dakwah rasulallah saw pada awal-awal permulaan islam di mekah. 

Walaupun demikian, kehadiran islam merupakan berkah agung bagi orang-orang yang lemah dan terlemahkan, seperti para budak dan fakir miskin. Ajaran islam memuliakan sisi kemanusiaan mereka, menghargai harkat dan martabat mereka. Kemuliaan seorang manusia dihadapan allah adalah yang paling bertakqwa, bukan yang paling tinggi status sosialnya. Nasabnya, ataupun kekayaannya. 

Merka yang kurang beruntung itu meresa menemukan kesejatian diri stelah memeluk islam demikian pula yang memeiliki kekayaan materi dan kedudukan, mereka menemukan tata laksana kehidupan yang indah dibawah nagungan syariat islam. Lebih dari itu, mereka bisa menunjukan keislaman mereka tidak semata-mata dengan kesalehan ritual, tetapi juga dengan kesalehan sosial, yaitu dengan membantu sesama saudara seiman dan seagama yang kurang beruntung atau mengalami kesulitan hidup akibat mempertahan kan keiman dan keislaman[].

Melepas kepergian sahabat terkasih
          Sepuluh tahun berjuang menegakan ajaran islam dan membangun oeradaban kehidupan yang bersendikan nilai-nilai iman dan islam bukanlah laku kehidupan yang penuh dengan dera dan tawa bahagia, melaikan menguras tenaga, pikiran, bahkan air mata. Banyak kerikil tajam  yang meski dihadapi dalam menegakan kebenaran ilahiyah. Ada emosi yang harus ditahan, ada kesabaran dan logika jernih yang meski dikedepankan semua itu dihadapi rasulallah saw dengan tulus ikhlas, semata-mata mengharap ridha allah azza wajalla.

Setelah menyampaikan khutbah monumental pada haji wada, trunya wahyu allah swt. Dalam surat almaidah ayat 3 dan ketika para sahabat mengetahui makna hakiki wahyu terkhir tersebut, rasulallah berusaha membesarkan hati mereka untuk tetap tabah dan tawakal menghadapi seluruh rintangan hidup. Beliau juga tetap utuh menjalankan tugas kenabianya hingga tubuhnya benar-benr tidak mampu melakukannya. Itulah semngat juang rasulallah saw. Yang tetap utuh mensyiarkan risalah allah swt hingga akhir hayatnya[].

Wasiat terberat
Sebelum rasulallah saw jatuh sakit dan pergi keharibaan allah, beliau berkhutbah untuk yang terakhir, ”wahai umatku kita semua ada dalam kekuasaan allah dan cinta kasihnya. maka dari itu, taat dan bertaqwalah kepadanya. Kuwariskan dua hal kepada kalian: al-quran dan sunnahku. Siapa yang mencintai suannahku, berarti mencintai diriku dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan bersama-sama denganku disyurga allah.”

Simaklah dengan seksama wasiat agung rasulallah saw tersebut yang menyatakan bahwa jalan lapang menuju syurgha allah swt ialah dengan menjalani kehidupoan ini senapas dengan nilai-nilai al-quran dan sunnah nabinya. Jalan apapun yang ditempuh dalam keislamana seseorang, apapun mazhab dan kelompok dan kelompok seseorang nilai-nilai al-quran dan sunnah nabinya harus ditegakan dan dijadikan spirit utama dalam bersembah sujud kepada allah swt. 

Ketika jasad rasulallah saw disemayamkan dikediama aisyah ra, kaum muslim, baik muhajirin dan anshar, bertanya-tanya, “siapakah yang akan menjadi khalifah belaiau untuk memimpin umat islam?” merekapun mendiskusikan sosok yang paling tepat menjadi amirul mukminin (pemimpin kaum beriman) setelah kepergian rasuallah saw kealam baqa. Tidak satupun ada yang memprediksi, apalagi mengikrarkan diri menjadi khalifah rasulallah saw[].

0 komentar:

Posting Komentar