Muhammad Jandi Al Farisi

Sosiologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2013

Sabtu, 26 September 2015

“Sebuah Loyalitas Tanpa Batas”


by: M. Jandi alfarisi

 
Wajah Kehidupan Zaman Jahiliyah

Al-jahlu­_ secara bahasa ‘berarti tidak berpengetahuan’ atau ‘bodoh’. Disebut zaman jahiliyah bukan berarti pasa masa itu tidak ada manusia pintar ataupun berpengetahuan. Sejarah mewartakan bahwa banyak manusia pintar dan berpengetahuan hebat sebelum kehadiran islam dialtar kehidupan ini, terutama bangsa arab yang terkenal dengan bangsa yang banyak melahirkan penyair hebat dan pemikir handal. 

Jahiliyah yang dimaksudkan adalah kebutaan mata hati dan pikiran dalam menerima dan menyikapi nilai-nilai luhur kehidupan serta memungkiri nilai-nilai ketuhanan yang diajarkan agama samawi. Oleh karena itu, orang disebut bodoh bukan berarti tidak berilmu, melainkan menyakini seseuatu yang salah, menentang kebenaran, atau mengerjakan sesuatu dengan menyalahi sesautu dengan menyalahi aturan dan tidak mengerjakan yang seharusnya dia kerjakan. 

Fakta kehidupan mewartakan bahwa sebelum kehadiran islam, bangsa arab memiliki pola hidup yang jauh dari nilai-nilai luhur kehidupan: membanggakan keturunan, memperbanyak kekayaan duniawi, dan berlomba-lomba dalam menggapai kedudukan sosial. Perjudian, prostitusi, pesta miras, dan beragam sikap mental negatif lainya yang menjadi Life Style kehidupan mereka. 

Hal tersebut menyebabkan terpinggirkannya nilai-nilai dan pranata sosial dalam kehidupan; yang kuat menguasai yang lemah, hukum milik mereka yang kaya dan berkuasa, dan semua aktivitas kehidupan harus berbuah kekayaan duniawi dan popularitas diri dengan cara apapun. Adaun penuhanan harta, tahta serta pemuasan hasrat seksual adalah Trade Mark kehidupan masyarakat jahiliyah. Oleh karena itu, zaman jahiliyah disebut juga era kegelapan karena sejatinya yang bodoh bukanlah otak dikepala mereka, melainkan hati dan akal sehat yang terbutakan dari nilai-nilai luhur kehidupan ilahiah[].

Benderangnya Cahaya Islam
Kehadiran islam dialtar kehidupan ini adalah wujud nyata kasih sayang allah SWT kepada makhluknya. Diutusnya nabi muhammad saw. Adalah bukti riil wajah kekasihnya dialam semesta ini. 

“dan kami kami tidak mengutus engkau (muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (al-anbiya, 21: 107)

Adapun mereka yang terampas hak asasi manusianyaa, terzalimi, dan termarjinalkan tentu akan merasakan berkah agung atas kehadiran islam dibumi ini. 

Sejarah memberitakan bahwa sebelum klehadirn islam, mekah penuh dengan prilaku, tradisi dan budaya jahiliyah yang jauh dari nilai-nilai kehidupan. Namun dengan kehadiran islam kini mampu melahirkna semangat kebersamaan, melintas batas kabilah, marga, kelas sosial, ataupun lebel-lebel, sekat-sekatduniawi lainya dalam bingkai persaudaraan islam yang bersendikan nilai-nilai keislaman dan keimanan. 

Kehadiran islampun mampu mengubah watak-watak jahiliyah menjadi watakl yang sialmi, syirik menjadi tauhid, sikap sombong menjadi tawaduk, dan kasar menjadi santun. Berkat risalah islam, kesenjangan soaial dapat terahpuskan, kelas soaial dapat terkuburkan, mereka yang papa dan terpinggirkan merasa dimanusiakan dan dihargai harkat kemanusiaaanya. 

Sungguh, mewujudkan sikap cinta kasih ditengah gemuruh masyarakat jahiliyah bukanlah pekerjaan yang mudah. Hal ini karena budaya pagan yang telah berlangsung turun temurun kian menjadi tradisi tumbuhlah sikap helix dalam jiwa masyarakat. Itulah yang menghalangi laju dakwah rasulallah saw pada awal-awal permulaan islam di mekah. 

Walaupun demikian, kehadiran islam merupakan berkah agung bagi orang-orang yang lemah dan terlemahkan, seperti para budak dan fakir miskin. Ajaran islam memuliakan sisi kemanusiaan mereka, menghargai harkat dan martabat mereka. Kemuliaan seorang manusia dihadapan allah adalah yang paling bertakqwa, bukan yang paling tinggi status sosialnya. Nasabnya, ataupun kekayaannya. 

Merka yang kurang beruntung itu meresa menemukan kesejatian diri stelah memeluk islam demikian pula yang memeiliki kekayaan materi dan kedudukan, mereka menemukan tata laksana kehidupan yang indah dibawah nagungan syariat islam. Lebih dari itu, mereka bisa menunjukan keislaman mereka tidak semata-mata dengan kesalehan ritual, tetapi juga dengan kesalehan sosial, yaitu dengan membantu sesama saudara seiman dan seagama yang kurang beruntung atau mengalami kesulitan hidup akibat mempertahan kan keiman dan keislaman[].

Melepas kepergian sahabat terkasih
          Sepuluh tahun berjuang menegakan ajaran islam dan membangun oeradaban kehidupan yang bersendikan nilai-nilai iman dan islam bukanlah laku kehidupan yang penuh dengan dera dan tawa bahagia, melaikan menguras tenaga, pikiran, bahkan air mata. Banyak kerikil tajam  yang meski dihadapi dalam menegakan kebenaran ilahiyah. Ada emosi yang harus ditahan, ada kesabaran dan logika jernih yang meski dikedepankan semua itu dihadapi rasulallah saw dengan tulus ikhlas, semata-mata mengharap ridha allah azza wajalla.

Setelah menyampaikan khutbah monumental pada haji wada, trunya wahyu allah swt. Dalam surat almaidah ayat 3 dan ketika para sahabat mengetahui makna hakiki wahyu terkhir tersebut, rasulallah berusaha membesarkan hati mereka untuk tetap tabah dan tawakal menghadapi seluruh rintangan hidup. Beliau juga tetap utuh menjalankan tugas kenabianya hingga tubuhnya benar-benr tidak mampu melakukannya. Itulah semngat juang rasulallah saw. Yang tetap utuh mensyiarkan risalah allah swt hingga akhir hayatnya[].

Wasiat terberat
Sebelum rasulallah saw jatuh sakit dan pergi keharibaan allah, beliau berkhutbah untuk yang terakhir, ”wahai umatku kita semua ada dalam kekuasaan allah dan cinta kasihnya. maka dari itu, taat dan bertaqwalah kepadanya. Kuwariskan dua hal kepada kalian: al-quran dan sunnahku. Siapa yang mencintai suannahku, berarti mencintai diriku dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan bersama-sama denganku disyurga allah.”

Simaklah dengan seksama wasiat agung rasulallah saw tersebut yang menyatakan bahwa jalan lapang menuju syurgha allah swt ialah dengan menjalani kehidupoan ini senapas dengan nilai-nilai al-quran dan sunnah nabinya. Jalan apapun yang ditempuh dalam keislamana seseorang, apapun mazhab dan kelompok dan kelompok seseorang nilai-nilai al-quran dan sunnah nabinya harus ditegakan dan dijadikan spirit utama dalam bersembah sujud kepada allah swt. 

Ketika jasad rasulallah saw disemayamkan dikediama aisyah ra, kaum muslim, baik muhajirin dan anshar, bertanya-tanya, “siapakah yang akan menjadi khalifah belaiau untuk memimpin umat islam?” merekapun mendiskusikan sosok yang paling tepat menjadi amirul mukminin (pemimpin kaum beriman) setelah kepergian rasuallah saw kealam baqa. Tidak satupun ada yang memprediksi, apalagi mengikrarkan diri menjadi khalifah rasulallah saw[].

Sekilas Tentang Etnomethology


Harold garfinkel (Studies In Etnomethodology 1967)
by: sujandi/ 1138030200/ sosiologi f/ 2013

Awal mula konsep etnometodologi adalah dari pengalaman pribadi keluarga harold garfikel. Dari permasalahan ekonomi yang dihadapi bangsa amerika dan keadaan keluarganya yang pas-pasan, hingga memaksakan ayahnya menjadi serang pedagang perkakas rumah tangga. 

Garfinkel sering mengikuti kegiatan kuliah umum yang dipinpin oleh talkot parson. Sehingga pemikiran dan kajian garfinkel banyak dipengaruhi oleh bahasan talcot parson. Secara perlahan ia tertarik pada sosiologi. Setelah lama ia menemukan celah kekurangan yang merupakan hal kecil, sehingga sosiologi melupakannya yaitu mengenai percakapan.  Hingga munculah istilah etnometodologi. 

Etno sama dengan orang, medhos sama dengan cara dan  logos adalah ilmu. Dengan singkatnya etnometodologi adalah ilmu atau cara untuk menyelesaikan masalah.

Harold berpandanganan bahwa dengan konsep etnometodologi semua permasalahan akan terselesaikan. Terutama masalah institusi (kelembagaan). Konsep ini dipengaruhi oleh ilmu psikologi sebagai studi yang pernah ia geluti dan akhirnya ia putus ditengah jalan.

Kekurangan dalam etnometodologi adalah, memang secara konsepan bahwa etnometodologi bisa dikatakan mejadi penyelesaian masalah. Tapi secara kinerja bahwa etno ini tidak memberikan solusi yang pasti dan tidak terstruktur.

Istilah modern adalah sesuatu yang baru dan memberikan hal yang belum ada dalam ilmu sebelumnya.

Minggu, 20 September 2015

BERGESERANYA NILAI-NILAI SOSIAL



"BERGESERNYA NILAI-NILAI SOSIAL"
By: Muhammad Jandi Al-Farisi
14 juli 2015




Ketika tahun 80, 90 dan hingga akhir tahun 2000an masyarakat kampung cikupa dan sekitarnya masih sangat bersifat tradisional, memegang teguh nilai-nilai kebersamaan baik itu dalam bermasyarakat, berkeluarga, individu dll.  Terutama dalam menjaga tradisi yang di wariskan oleh nenek moyang masyarakat setempat. Kebersamaan ini yang membuat mereka dikenal dengan masyarakat paguyuban oleh perdinan tonnies. Sejak terbentuknya kampung cikupa dan karakter masayarakatnya masih bersifat trdisional, kolot, pemikiran yang terbatas, dll. Ini menyebabkan banyak sekali perkembangan penduduk yang berdatangan. Sehingga lambat laun populasi penduduk kampung cikupa semakin bertambah. Dengan jenis pekerjaan yang homogen yaitu pertanian saja, membuat masyarakat setempat memiliki perbekalan yang cukup dala hal pem,enuhan makanan selama beberra bulan hingga menjelang musim tanam kemabli. 

Ada dua hal yang mengutamakan kebersamaan namun luntur secara perlahan: 

1.    Dari Antena Menuju Parabola (Lokal Ke Global)
dalam proses perubahananya memang banyak sekali pergeseran baik itu yang bersifat evolusi maupun yang bersifat revolusi. Ketika perubahan itu lambat laun hilang maka luntrurlah nilai-nilai sosial yang sudah terjalin puluhan tahun lamanya. Memang cukup disayangkan dengan pergeseran ini banyak sekali moment-moment terntetu yang terlewatkan. Terutama moment menguatkan kembali tali silaturahmi ala masyarakat zaman dahulu. Dahulu terkenal ada alat yang sangat asing bagi masyarakat cikupa dan sekitarnya yaitu pemancar atau penanggkap signal. masyarakat setempat menyebutnya denganistilah radar. Dimana radar tersebut hanya dimiliki oleh satu dua orang saja. Dan biasanya yang mempunyai alat tersebut adalah orang-orang yang sering pulang pergi bermigrasi ke kota, adapula yang memang secara ekonomi mereka berkecukupan, sehingga mereka memilikinya. Sebagai alat yang fungsinya menghibur manusia, Maka televisi sebagai alat audio visualnya dengan kualitas tv yang sangat jadul, besar dengan warnanya hitam putih. Energi yang digunakannya adalah aki yang satu minggu sekali di cas. Karena kekutaan aki tersebut hanya bertahan rata-rata satu minggu dan tergantung pemakaian. Selain aki adapula energi yang dihasilakn dari tenaga matahari, yaitu tenaga surya dan dahulu hanya satu orang saja yang memilikinya. 

Dengan alat tersebut banyak sekali manfaat yang dapat diambil oleh mayarakat pada masa zaman dahulu hingga sekarang. Karena pada dasarnya keberadaan benda tersebut membuat kerukunan antara tetangga semakin baik, hubungan sosial satu kampung bahkan lebih menjadi erat dan wadah tali silaturahmi kian bersemi. Dalam satu malam bisa diperkirakan 20-30 orang itu berjubel dalam satu rumah yang mempunyai televisi tadi. Dengan tayangan-tayangn yang menghibur seperti sinetron tersanjung, kuis komunikata dan sebagainya. keterbatsan  stasion tv yang masih sedikit (tvri, rcti, indosiar dll). Ketika terjadi perkumpulan dimalam hari dirumah pemilik tv sering terjadi interaksi yang sangat intim antara tamu dan pribumi, terkadang saling memberi makanan, saling menasihati, ajang untuk temu saudara dan terkadang sering terjadi konflik akibat terlalu seringnya berkunjung namun tidak mau memberikan bantuan untuk pengisian baterai aki. Maka terjadilah percekcokan. Pertukaran sosial terkadang menjadi sebuah entitas sebagai masyarakat yang masih tradisional. 

Namun, beda halnya dengan kondisi sekarang semakin majunya tekhnologi dan proses globalisasi semakin menjadi hal-hal yang bersifat kolektif kini kian memudar, kebersamaan satu sama lain yang telah tercipta ketika tahun 80 hingga 2000an kini lebur begitu saja. Jarang sekali kita menemukan perkumpulan dalam satu rumah yang sengaja atau tidak disengaja untuk datang kerumah yang mempunyai televisi. Karena proses pergeseran dari yang asalnya lokal menjadi global ini mengakibatkan munculnya karakter masyarakat yang individualistik. Terkadang jika tidak ada keperluan yang sangat penting jarang sekali untuk berkunjung pada satu rumah kerumah yang lainya. Perubahan pemancar atau penangkap signal ini mengakibatkan makin banyaknya pemilik televisi perlahan hampir setiap rumah memiliki dan tidak lagi menggunakan tivi yang berukuran besar, bulat dan warnaya hitam putih. Kini penggunaan parabola semakin menyebar hampiur setiap rumah dari asalnya yang menggunakan antena atau radar beralih menggunakan parabola yang bisa menjangkau berbagai tayangan disetiap televisi dan dapat menangkap berbagai stasion tv nasional bahkan internasional. 

Seiring dengan beralihnya alat-alat hiburan tadi dari asalnya antena berubah mejnadi parabola, dari asalnya tv besar hingga tv yang berukuran slim dan elegan, dari aalnya energi yang menngunakan tenaga AKI dan tenga surya (matahri) kini berubah menggunakan listrik sebagai energinya. Bahakan banyak sekali dampak negatif terhadap dunia sosial masyarakat yang asalnya tradisional kini menjadi global. Wawsan yang semakin meluas namun tidak dibarengi dengan tindakan, pergaulan yang digiplak dari media sosial membuat genreasi muda kampung cilkupa kian lama kian hancur. Kemabli ke awal bahwa perubahan diatas setidaknya membuat masyarakat cikupa memasuki masyarakat yang sangat ada diagruis transisi menuu masyarakat modern atau masyarakat abad dua satu. Sekali lagi bahwa kebersamaan kian hilang komunikasi yang smakin basi, dan interaksi satu sama lain tidak lagi terjadi jika tidak didaari oleh kepentingan yang mendesak. Ya walaupun masih ada beberapa orang yang masih akan diunia sosial. Masyarakat kampung cikupa sekaang jangankan untuk kumpul bareng dengan sesam ibu-ibu atau bapak-bapak anak-anakpun jarang sekali yang bermain secara serentak dalam suyatu area. Inilah dinamika sosial yang terjadi pada msyarakat kampung cikupa yang asalnya msayarakat yang lokal kini berubah menjadi masayarakat yang global Yang didorong oleh kekuatan tekhnologi mutakhir.


2.    Dari Nutu Menjadi Pabrik (Mesin Heler)

Lagi-lagi akibat perkembangan tekhnologi yang semakin cepat berkembang, salah satunya adalah perkembangan atau kemunculan mesin penggilingan padi yang sering disebut dengan istilah heler. Pabrik ini dikapmpung cikupa memang sejak awal tida ada seorangpunm yang mempunyainya. Namun karena informasi dari luar bahwa ada mesin yang memudahkan untuk penumbukan padi menjadi beras maka bergegaslah membeli inovasi terbaru ini. Pada awalnya dikapung sebelah yaitu wa usup yang memilikinya, kemudian disusul oleh ust usep yang memiliki alat pengilaingan padi ini. Namun karena ust usep kekuranagn modal maka usaha tumbuk padi ini tidak bertahan lama dan akhirnya pailit. tersisa wa usup yang ada dikampung mataram, sejak kemunculan alat ini memang tidk terlalu ramai pengunjung yang akan menggiling padinya, karena terlalu mahal biaya untuk penggilaingan padi tersebut. Mereka legih memilih untuk ditumbuk secara tradisional yaitu dengan menggunakan lisung sebagai wadahnya dan halu sebagai alat penumbuknya yang secara keseluruhan alat tradisional ini dinamakan peroses NUTU. Nutu ini bisa dil;akukan secara bersam-sama (2-5 orang bahkan lebih ) atau seorang diri dengan menggukanak lisung yang kecil. 

Proses tumbuk beras dengan menggunkan alat lisung, halu dan saung ini merupakan suatu tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang yang pada intinya selain kita bekerja untuk menumbuk padi yang mengahsilkan beras, biasanya juga menumbuk jagung, gandrung, singkong, wijen dll. Dan ajang untuk saling membantu satu sama lain dengan tindakan gotong royong, bersilaturahmi dan suasan untuk berkumpul sambil berbincang kemana-mana tanpa arah. Inilah suatu mesin tradisonla yang sangat multi fungsi. Selain mengashilkan bahan makanan kemuadia ia juga mengahsilkan alat perekat sosial antara masyarakat satu dengan yang lainya. 

Memasuki tahu 2000an hingga kini sangat langka sekali kita menemukan alat tradisional tersebut disetiap rumah. Bahkan hilang, tergantikan oleh alat yang sangat mudah dalam pengerjaanya ya diganti oleh mesih penggilingan (heler padi). Sebenarnya ini juga mendatangkan beberapa orang yang mau ngaheler namun biasanya mereka hany menyimpan padi dan ditinggalkan begitu saja. Tanpa ditunggu atau sambil menunggu berbincang dengan yang lainya, itu tidak ada. Sedikit sekali manfaat sosial yang dihasilkan sebgai bentuk alat menumbuk sekaligus wadah untuk ajang silaturahmi dll yang bersifat kebersamaan. 

Biasanya, ketika pagi-pagi terdengar dug-dug suara yang sedang menumbuk padi, terkadang terdengar di sore hari bahakn disisang hari. Banyak juga perkumpulan ayam yang sedang memangsa padi dan beras yang berjatuhan. Diseklilingnya ada ibu-ibu atau anak-anak yang sedang bermain. Namun, Sekarang tergantikan dari pagi hingga jam 16:00 sore suara gemuruh tanpa henti yang dikelurkan oleh mesin penggilingan.{}


Masihkah KAMMI Memiliki Ciri Khas?




By: Muhammad Jandi al-farisi
27 juli 2015 (20: 47 wib)

Prolog
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), lahir pada tanggal 29 maret 1998 yang dikenal dengan deklarasi malang. diprakarsai oleh Fahri Hamzah yang sekarang menjadi wakil ketua DPRRI. dengan terbentuknya organisasi kepemudaan berbasis keislaman, KAMMI senantiasa menjadi wadah bagi para pegiat dakwah yang senantiasa memiliki mimpi besar akan terwujudnya karakter masyarakat indonesia yang islami dalam bergai lini. Kultur yang terbangun dalam struktur KAMMI sangatlah khas, bentuk ketaatan, persaudaraan, militansi Dan keikhlasan dalam menjalankan amanah dan syariat agama. Dengan meneguhkan diri sebagai muslim negarawan, para kader senantiasa mempraktekan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan (sistem negara), meneguhkan peran pemuda yang tetap istiqomah dalam melanjutkan risalah kenabian melalui karakter gerakan intelektrual profethik, Akulturasi sebagai hasil penyesuaian dimana zaman yang semakin dinamis. 

Tentunya setiap organisasi memiliki ciri khasnya tersendiri yang telah menjadi Helix[1], yang kemudian orang mengenalnya sebagai apa yang telah ia definisikan, baik secara simbolik maupun secara gerakan. Secara universal KAMMI memiliki identitas tersendiri yang dahulu mudah sekali mengenali mana kader KAMMI dan mana yang bukan kader KAMMI. Namun, secara evolusi apakah ciri khas tersebut masih melekat kuat dalam tubuh KAMMI? Atau dramaturgi sebagai alat untuk mempertahankan eksistensi diri? Hal tersebut bisa kita komparasikan. yang dimana sejak kehadiran KAMMI diberbagai universitas, dengan membawa budayanya tersendiri kemudian dapat dikenal dengan aktivis dakwah kampus yang dimana masjid sebagai rumah dan kampus kedua dalam pembentukan kualitas kader. 

Perangkat simbolik Gerakan KAMMI Dari Awal Kemunculanya
Diawali oleh masjid kampus pertama di Indonesia, Masjid Salman Di Institute Teknologi Bandung (ITB), dimulailah membentuk pengajian-pengajian kecil, dengan materi seputar aqidah dan pemurnian makna laa ilaaha illallah (Amin Sudarsono: 2010). Dengan tujuan membentuk pribadi yang berbudi dan membentuk karakter masyarakat yang islami. diharapkan dari halaqah tersebut bisa mewujudkan dan memunculkan apa yang telah di cita-citakan, yang tertuang dalam visi gerakan KAMMI. Lanjut Amin, bahwasanya hal tersebut termotivasi dari beberapa pergerakan yang menawarkan ide-ide pemurnian terhadap pemahan islam itu sendiri dengan kembali kepada Allah dan Rasulnya. Pergerakan tersebut seperti Ikhwanul Muslimin (mesir), Hizbut Tahrir (yordania), Salafy, Al-Haramain, dan Jamaat Al-Islami (pakistan). Kemudian penanaman sikap yang anti imperialisme barat dengan Ghazwul Fikri-nya. 

Para pemuda berjenggot, memakai celana ¾, tidak merokok, tidak memakai celana jeans, tidak berkumis dan lainya. para wanita berkerudung (jilbab) lebar dan tidak terlalu mencolok, akhwat tersebut selalu memakai kaoskaki dalam setiap aktivitasnya,  para mahasiswa yang senantiasa menyelipkan al-quran kecil disaku baju mapun dalam tasnya. 

Kesemuanya semakin berkembang dengan ghazwul fikri menjadikan mahasiswa menjadi sosok yang tampil secara esklusif dengan pemahaman keislaman yang dalam, berseminya mahasiswi yang berkerudung lebar dan berkembangnya mahasiswa yang sering menenteng Qur’an-Qur’an kecil. Dengan masjid-masjid kampus dan mushola sebagai wadah dan ruang untuk membentuk idealisme, perkumpulan-perkumpulan kader dakwah dan menyemai bibit-bibit unggul melalui pengkaderan gerakan ini disebut Gerakan Tarbiyah

Gerakan tarbiyah menjadi induk gerakan KAMMI, yang dimana hal tersebut bersumber dari gerakan internasional (mesir) yaitu Ikhwanul Muslimin. Yang dimana meniru pola kaderisasi dengan sebutan liqoat, salah satu ciri khas lainya adalah demontrasi[2]. Liqo adalah basis kaderisasi gerakan tarbiyah. Liqo atau usrah atau halaqah atau taklim pekanan telah menjadi sistem sel[3] kaderisasi yang menjadi inti bagi pergerakan islam revivalis. 

Para aktivis dakwah ini  bergerak dibawah tanah untuk melakaukan proses kaderisasi dan ideologisasi. Istilah liqo dipopulerkan oleh para aktivis gerakan tarbiyah yang dimana muncul karena menggunakan “pendidikan” (tarbiyah) sebagai metode kaderisasi. Liqo adalah pendidikan seumur hidup setiap kader tarbiyah. Dalam liqo terdapat unsur murabbi dan mutarabbi  keduanya saling berdiskusi sesuai dengan kebutuhan dan apa yang telah tertuang dalam kurikulum tarbiyah, terkadang liqo juga menjadi ajang untuk saling memahami dengan berdiskusi satu sama lain dengan tema yang sangat universal. 

Corak radikalisme akan selalu beriringan dalam struktural  kegitan perjenjangan (marhalah) para anggota KAMMI. Jenjang inilah yang dinamakan proses kaderisasi (DM 1,2 dan 3). Setelah itu selalu diadakan kegitan madrasah KAMMI sebagai bentuk liqo dalam ORGANISASI ini.   

Merenung sejenak!
Yang menjadi pertanyaan besar adalah, baik itu bagi saya dan kalian semua, masihkah Perangkat Simbolik KAMMI saat ini relevan dengan apa yang telah terukir sejak lama?
Semoga Allah SWT. senantiasa meneguhkan jiwa setiap individu.



[1] Helix Adalah Kebiasaan (Habitus) Yang Telah Mendarah Daging Dalam (Diri Manusia, Struktur Sosial, Sistem Sosial Dlsb) Dan Sulit Atau Tidak Bisa Ditinggalkan. Atau Helix Lahir Dari Habitus.
[2] Demontrasi turun kejalan yang dilakukan secara damai tanpa anarki.
[3] Sistem sel adalah sebuah proses pengkaderan yang dilakukan secara berkala. Sebuah sel dalam kaderisasi yang akan membangun sel baru dibawahnya. Kemudian sel dibawahnya akan membentuk sel baru lagi dan demikian seterusnya.