Muhammad Jandi Al Farisi

Sosiologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2013

Selasa, 26 Juli 2016

Peran Sosial lembaga eksekutif dan legislatif MAHASISWA FISIP

Adakah PERAN SOSIAL Lembaga Eksekutif dan Legislatif FISIP?[1]
Oleh: M. Jandi[2]

@google.com

Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP), adalah salah satu fakultas termuda keberadaanya di UIN SGD Bdg. Terdiri dari tiga program studi yaitu: Sosiologi, Managemen Dan Administrasi Negara. Fakultas yang dipimpin oleh Dr. Sahya Anggara, Drs.,M.Si ini sempat naik daun dengan keberadaannya yang sangat megah, dan dipenuhi oleh berbagai norma sosial yang wajib di taati oleh seluruh masyarakat-nya. Mulai dari peraturan memakai Jas Fakultas, tata cara berpakaian terutama para muslimah (memakai baju syar’i), begitupun laki-lakinya ditekankan lebih sopan dan rapi, penggunaan bahasa asing (arab & inggris) Para dosen, fakultas ini pun memberlakukan wajibnya mengenakan nametag yang dipakai ketika KBM berlangsung.

Sebagai kebijakan pemimpin, tentunya Aturan-aturan tersebut mau tidak mau seluruh masyarakat FISIP harus taat dan patuh terhadap norma yang berlaku.  Apalagi dengan beberapa pembahasan kebelakang, bahwa FISIP telah terdaftar dalam list International Standard Organization (ISO). Yang seluruh element fakultas harus tertata dengan baik.

Namun, yang menjadi pertanyaan besar adalah. Apakah dari beberapa kebijakan atau aturan yang dikeluarkan oleh pimpinan fakultas ini terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari (lingkungan fakultas)  atau tidak? Ataukah aturan-aturan yang terpampang dalam Xbanner disetiap pojok tangga dan selesar lantai satu hanya sebagai hiasan belaka? Atau ada ketidak konsistenan, dan lemahnya kontrol sosial terhadap aturan tersebut sehingga semua aturan kurang efektif.

Dari beberapa permasalah diatas, sebenarnya bisa diatasi dengan cara-cara yang sangat efektif untuk dijalankan. Lantas siapakah yang patut memaksimalkan atau mengaktifasi kembali program fakultas ini sehingga semua bisa berjalan dengan lancar, sekaligus memberdayakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang keberadaanya sangat kentara berbeda dengan mahasiswa lainya. Bahkan keberadaan SDM ini menjadi rebutan banyak orang. SDM tersebut adalah para pengurus lembaga SEMA-F, DEMA-F, dan HMJ. Lantas mengapa harus ketiga entitas ini yang membantu fakultas. Karena, ketiganya merupakan salah satu organisasi intra fakultas yang memiliki program kerja dan bertanggung jawab penuh atas aturan (Read: POKI 2015, SK 2013). Dan Salah satunya adalah untuk membantu setiap platform fakultas sekaligus merangkul dan mengenalkan lembaga, bahwa keberadaan tiga lembaga organisasi intra ini memang ada. Terutama lembaga SEMA-F dan DEMA-F yang tingkatannya lebih tinggi yaitu sebagai lembaga eksekutif dan legislatif Fakultas.

Mengapa harus SEMA-F & DEMA-F?

Kedua lembaga Eksekutif (DEMA-F) dan Legislatif (SEMA-F) ini memang baru terbentuk kurang dari satu tahun. Awal pembentukanya ketika MUHIMA fisip yang dibumbui dengan keributan dan belum di SK-kanya aturan ini, tapi tetap mekasakan diri. Walaupun telah terbentuk beberapa bulan silam, namun keberadaan-nya masih banyak tidak diketahui oleh masyarakat FISIP. Pada hakikatnya kedua badan fakultas ini sangat efektif untuk bekerjasama dengan pihak dekan atau petinggi fakultas lainya untuk merealisasikan beberapa program unggulan fisip itu sendiri.

SEMA-F (Read: POKI 2015 BAB VIII pasal 20), adalah lembaga legislatif  tingkat fakultas yang berfungsi menampung dan menyalurkan aspirasi. Yang bertugas merumuskan norma-norma yang berlaku dilingkungan lembaga kemahasiswaan tingkat fakulas. Ini menunjukan bahwa keterlibatan lembaga ini sangat penting dalam tingkatan fakultas. Bukan hanya sekedar mengontrol dan membuat aturan dan program kerja DEMA-F. Tetapi, harus berusaha menjalin kerjasama dengan fakultas untuk mengontrol beberapa kinerja dan program fakultas yang kurang berjalan dengan baik. Misalnya: aturan penggunaan pakaian rapi (laki-laki dan perempuan), pemakaian Jas Fakultas, 5S. Kebersihan kelas, keamanan, layanan pekerja Fakultas terhadap mahasiswa, menampung aspirasi mahasiswa, dan lainya. Agar semua berkesinambungan antara lembaga eksekutif fakultas dan pimpinan fakultas. Sesuai dengan peraturan di POKI 2015 bahwa SEMA-F bertanggung jawab kepada Dekan.

DEMA-F (Read: POKI 2015 pasal 21), adalah lembaga eksekutif Fakultas yang bertugas untuk melaksanakan ketetapan SEMA-F. Dan Sebagai koordinator dan pelaksana program kerja dari SEMA-F.   Karena memiliki tanggung jawab terhadap SEMA-F tentunya setiap program kerja dan kebijakan SEMA-F perlu dikerjakan secara total. Begitupun halnya dengan beberapa program kerja fakultas yang tidak berjalan dengan lancar. Perlu adanya ajuan dan inisiatif kepada SEMA-F agar setiap program kerja fakultas dikoordinasikan dengan kedua lembaga ini agar bisa berjalan dengan maksimal, kemudia dikenalkan oleh DEMA-F melalui beberapa bidang yang sesuai dengan program kerjanya. Dan disosialisasikan keseluruh mahasiswa, mulai dari penggunaan jas setiap bulan atau pekanya, menggenakan pakaian rapi, pengontrol beberapa dosen yang tidak memakai nametag, mengontrol bebebrapa pelayanan yang tidak sesuai, menampung aspirasi mahasiswa, membantu mahasiswa yang mendapatkan masalah, menampung berbagai aspirasi mahasiswa, mengontrol kinerja dosen yang jarang masuk karena banyak alasan, dan berkoordinasi dengan HJM setiap jurusan agar segitiga lembaga ini benar-benar produktif.

Apa yang perlu dibangun?

DEMA-F, Seharusnya ketika mengadakan acara yang secara subtansial ngena. jangan hanya sekedar mengadakan acara ketika program kerja yang telah tertera dalam list setiap bidang. Tetapi juga ada kegiatan yang bersifat insidental atau bisa dirasakan setiapharinya (minimal seminggu sekali) oleh seluruh mahasiswa FISIP. Misalnya, adakan kegiatan bertilawah disetiap kelas sebelum KBM berlangsung yang dipimpin oleh dosen yang bersangkutan, adakan kultum, gerakan pungut sampah, gerakan pengumpulan bahan sampah plastik untuk didaur ulang, atapun gerakan fisip membaca dan lainya, yang sekiranya membuat masyarakat FISIP menajdi produktif. Karena mahasiswa produktif itu bukan hanya pintar, hadir tiap hari dikelas, mengisi absen, mengerjakan tugas. Tapi ada indikator lain yang sekiranya menghasilkan sesuatu. Ada PR besar bagi 3 lembaga ini. Perlu kiranya mengusahakan untuk penataan tempat ibadah (sholat) mahasiswa, yaitu mushola fakultas yang keberadaanya sangat memprihatinkan. Mushola kecil yang beralaskan beberapa lembar baliho bekas, dan beberapa lembar sajadah. Padahal mushola adalah tempat yang mulia (Read: mushola). Ditambah sepinya ruangangan khusus DEMA-F yang jarang sekali dikunjungi mahasiswa.

Setalah beberapa bulan terbentuknya kedua lembaga ini, memang masih minim akan sosialisasi kepada seluruh mahasisa FISIP. Minim informasi baik di media sosial maupun di majalah dinding (MADING). kemudian dalam melendingkan program kerja, antara DEMA-F dan SENAT sebelumnya tidak ada perbedaan. Bahkan hampir sama, lomba bakiak, mojang Jajaka, tarik tambang, festival keliling UIN, tarik tambang, main enggrang dan lainya dengan dalih mempertahankan budaya lokal. Kegiatan sperti ini seharusnya dikurangi karena secara subtansial kurang ngena, yang ada hanya menghambur-hamburkan uang saja. Transformasi seperti ini dari SENAT ke DEMA-F seharusnya ada perubahan yang sangat signifikan mulai dari program kerja, kinerjanya, sloganya bahkan secara keanggotaanpun harus beda dengan kebanyak mahasiswa yang lainya. (Istilah kerenya harus ada transformasi birokrasi) Memang tidak bisa dipungkiri bahwa banyak sekali program kerja yang bagus namun masih kurang dari segi manageman-nya.

SEMA-F, DEMA-F & HMJ, seharusnya menjadi aktor utama yang berperan lebih menggerakan selurh mahasiswa Fakultas. Secara wawasan ia mumpuni, secara kata, ia bermakna, secara religius ia faham, secara idealisme ia kuat, dan ia bijak dalam bertindak. Bisa menggerakan, merangkul menampung berbagai aspirasi, mengawal isu-isu fakultas, universitas, bahkan tataran nasional. Bahkan siap mengorbakan waktu lebih demi terciptanya organisasi yang ideal yang bisa dirasakan eksistensinya oleh seluruh mahaiswa FISIP. Inilah yang perlu dibangun oleh lembaga intra mahasiswa tertinggi di fakultas. Secara praktek memang sulit untuk dilaksanakan. Tetapi perlu diingat lembaga ini terdiri dari berbagai individu yang dimana kesemuanya menjadi elemen terpenting yang akan melengkapi setiap kekurangan, membuat sistem dan struktur yang kokoh yang di komandoi oleh ketua umum organisasi.

Penulispun tidak Sok seideal, dan tidak ekstrim dalam memberikan komentar. Tetapi ini merupakan bentuk kepedualian terhadap fakultas tercinta, yang dimana ketika melihat relaitas sosial yang ada, memang seperti itu keberadaanya. Mari kita membangun kesadaran sosial ini secara kolektif yang dimulai dari diri individu sebagai prototipe pelebelan sosial, kemudian disalurkan di lembaga yang kita naungi, dan akhirnya kita sebar seluas mungkin kepada khalayak umum. Sebagai bahan evaluasi untuk para pemimpin lembaga, balajarlah dari kedua Umar (Umar Bin Khatab dan Umar Bin Abdul Aziz) yang dimana sosok keduanya sangat berkarakter dalam memimpin umatnya, sehingga ia menjadi sosok khalifah panutan bagi rakyatnya (Red: belajar dari dua Umar).

Wallahu’alam Bisshawab.




[1] Sebagai hasil observasi selama kedua lembaga ini terbentuk dari awal hingga kini. yang dimana keberadaanya sangat minim diketahui masyarakat fisip.
[2] Mahasiswa FISIP (S/6). [1]
Oleh: M. Jandi[2]

@Google.com

Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP), adalah salah satu fakultas termuda keberadaanya di UIN SGD Bdg. Terdiri dari tiga program studi yaitu: Sosiologi, Managemen Dan Administrasi Negara. Fakultas yang dipimpin oleh Dr. Sahya Anggara, Drs.,M.Si ini sempat naik daun dengan keberadaannya yang sangat megah, dan dipenuhi oleh berbagai norma sosial yang wajib di taati oleh seluruh masyarakat-nya. Mulai dari peraturan memakai Jas Fakultas, tata cara berpakaian terutama para muslimah (memakai baju syar’i), begitupun laki-lakinya ditekankan lebih sopan dan rapi, penggunaan bahasa asing (arab & inggris) Para dosen, fakultas ini pun memberlakukan wajibnya mengenakan nametag yang dipakai ketika KBM berlangsung.

Sebagai kebijakan pemimpin, tentunya Aturan-aturan tersebut mau tidak mau seluruh masyarakat FISIP harus taat dan patuh terhadap norma yang berlaku.  Apalagi dengan beberapa pembahasan kebelakang, bahwa FISIP telah terdaftar dalam list International Standard Organization (ISO). Yang seluruh element fakultas harus tertata dengan baik.

Namun, yang menjadi pertanyaan besar adalah. Apakah dari beberapa kebijakan atau aturan yang dikeluarkan oleh pimpinan fakultas ini terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari (lingkungan fakultas)  atau tidak? Ataukah aturan-aturan yang terpampang dalam Xbanner disetiap pojok tangga dan selesar lantai satu hanya sebagai hiasan belaka? Atau ada ketidak konsistenan, dan lemahnya kontrol sosial terhadap aturan tersebut sehingga semua aturan kurang efektif.

Dari beberapa permasalah diatas, sebenarnya bisa diatasi dengan cara-cara yang sangat efektif untuk dijalankan. Lantas siapakah yang patut memaksimalkan atau mengaktifasi kembali program fakultas ini sehingga semua bisa berjalan dengan lancar, sekaligus memberdayakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang keberadaanya sangat kentara berbeda dengan mahasiswa lainya. Bahkan keberadaan SDM ini menjadi rebutan banyak orang. SDM tersebut adalah para pengurus lembaga SEMA-F, DEMA-F, dan HMJ. Lantas mengapa harus ketiga entitas ini yang membantu fakultas. Karena, ketiganya merupakan salah satu organisasi intra fakultas yang memiliki program kerja dan bertanggung jawab penuh atas aturan (Read: POKI 2015, SK 2013). Dan Salah satunya adalah untuk membantu setiap platform fakultas sekaligus merangkul dan mengenalkan lembaga, bahwa keberadaan tiga lembaga organisasi intra ini memang ada. Terutama lembaga SEMA-F dan DEMA-F yang tingkatannya lebih tinggi yaitu sebagai lembaga eksekutif dan legislatif Fakultas.

Mengapa harus SEMA-F & DEMA-F?

Kedua lembaga Eksekutif (DEMA-F) dan Legislatif (SEMA-F) ini memang baru terbentuk kurang dari satu tahun. Awal pembentukanya ketika MUHIMA fisip yang dibumbui dengan keributan dan belum di SK-kanya aturan ini, tapi tetap mekasakan diri. Walaupun telah terbentuk beberapa bulan silam, namun keberadaan-nya masih banyak tidak diketahui oleh masyarakat FISIP. Pada hakikatnya kedua badan fakultas ini sangat efektif untuk bekerjasama dengan pihak dekan atau petinggi fakultas lainya untuk merealisasikan beberapa program unggulan fisip itu sendiri.

SEMA-F (Read: POKI 2015 BAB VIII pasal 20), adalah lembaga legislatif  tingkat fakultas yang berfungsi menampung dan menyalurkan aspirasi. Yang bertugas merumuskan norma-norma yang berlaku dilingkungan lembaga kemahasiswaan tingkat fakulas. Ini menunjukan bahwa keterlibatan lembaga ini sangat penting dalam tingkatan fakultas. Bukan hanya sekedar mengontrol dan membuat aturan dan program kerja DEMA-F. Tetapi, harus berusaha menjalin kerjasama dengan fakultas untuk mengontrol beberapa kinerja dan program fakultas yang kurang berjalan dengan baik. Misalnya: aturan penggunaan pakaian rapi (laki-laki dan perempuan), pemakaian Jas Fakultas, 5S. Kebersihan kelas, keamanan, layanan pekerja Fakultas terhadap mahasiswa, menampung aspirasi mahasiswa, dan lainya. Agar semua berkesinambungan antara lembaga eksekutif fakultas dan pimpinan fakultas. Sesuai dengan peraturan di POKI 2015 bahwa SEMA-F bertanggung jawab kepada Dekan.

DEMA-F (Read: POKI 2015 pasal 21), adalah lembaga eksekutif Fakultas yang bertugas untuk melaksanakan ketetapan SEMA-F. Dan Sebagai koordinator dan pelaksana program kerja dari SEMA-F.   Karena memiliki tanggung jawab terhadap SEMA-F tentunya setiap program kerja dan kebijakan SEMA-F perlu dikerjakan secara total. Begitupun halnya dengan beberapa program kerja fakultas yang tidak berjalan dengan lancar. Perlu adanya ajuan dan inisiatif kepada SEMA-F agar setiap program kerja fakultas dikoordinasikan dengan kedua lembaga ini agar bisa berjalan dengan maksimal, kemudia dikenalkan oleh DEMA-F melalui beberapa bidang yang sesuai dengan program kerjanya. Dan disosialisasikan keseluruh mahasiswa, mulai dari penggunaan jas setiap bulan atau pekanya, menggenakan pakaian rapi, pengontrol beberapa dosen yang tidak memakai nametag, mengontrol bebebrapa pelayanan yang tidak sesuai, menampung aspirasi mahasiswa, membantu mahasiswa yang mendapatkan masalah, menampung berbagai aspirasi mahasiswa, mengontrol kinerja dosen yang jarang masuk karena banyak alasan, dan berkoordinasi dengan HJM setiap jurusan agar segitiga lembaga ini benar-benar produktif.

Apa yang perlu dibangun?

DEMA-F, Seharusnya ketika mengadakan acara yang secara subtansial ngena. jangan hanya sekedar mengadakan acara ketika program kerja yang telah tertera dalam list setiap bidang. Tetapi juga ada kegiatan yang bersifat insidental atau bisa dirasakan setiapharinya (minimal seminggu sekali) oleh seluruh mahasiswa FISIP. Misalnya, adakan kegiatan bertilawah disetiap kelas sebelum KBM berlangsung yang dipimpin oleh dosen yang bersangkutan, adakan kultum, gerakan pungut sampah, gerakan pengumpulan bahan sampah plastik untuk didaur ulang, atapun gerakan fisip membaca dan lainya, yang sekiranya membuat masyarakat FISIP menajdi produktif. Karena mahasiswa produktif itu bukan hanya pintar, hadir tiap hari dikelas, mengisi absen, mengerjakan tugas. Tapi ada indikator lain yang sekiranya menghasilkan sesuatu. Ada PR besar bagi 3 lembaga ini. Perlu kiranya mengusahakan untuk penataan tempat ibadah (sholat) mahasiswa, yaitu mushola fakultas yang keberadaanya sangat memprihatinkan. Mushola kecil yang beralaskan beberapa lembar baliho bekas, dan beberapa lembar sajadah. Padahal mushola adalah tempat yang mulia (Read: mushola). Ditambah sepinya ruangangan khusus DEMA-F yang jarang sekali dikunjungi mahasiswa.

Setalah beberapa bulan terbentuknya kedua lembaga ini, memang masih minim akan sosialisasi kepada seluruh mahasisa FISIP. Minim informasi baik di media sosial maupun di majalah dinding (MADING). kemudian dalam melendingkan program kerja, antara DEMA-F dan SENAT sebelumnya tidak ada perbedaan. Bahkan hampir sama, lomba bakiak, mojang Jajaka, tarik tambang, festival keliling UIN, tarik tambang, main enggrang dan lainya dengan dalih mempertahankan budaya lokal. Kegiatan sperti ini seharusnya dikurangi karena secara subtansial kurang ngena, yang ada hanya menghambur-hamburkan uang saja. Transformasi seperti ini dari SENAT ke DEMA-F seharusnya ada perubahan yang sangat signifikan mulai dari program kerja, kinerjanya, sloganya bahkan secara keanggotaanpun harus beda dengan kebanyak mahasiswa yang lainya. (Istilah kerenya harus ada transformasi birokrasi) Memang tidak bisa dipungkiri bahwa banyak sekali program kerja yang bagus namun masih kurang dari segi manageman-nya.

SEMA-F, DEMA-F & HMJ, seharusnya menjadi aktor utama yang berperan lebih menggerakan selurh mahasiswa Fakultas. Secara wawasan ia mumpuni, secara kata, ia bermakna, secara religius ia faham, secara idealisme ia kuat, dan ia bijak dalam bertindak. Bisa menggerakan, merangkul menampung berbagai aspirasi, mengawal isu-isu fakultas, universitas, bahkan tataran nasional. Bahkan siap mengorbakan waktu lebih demi terciptanya organisasi yang ideal yang bisa dirasakan eksistensinya oleh seluruh mahaiswa FISIP. Inilah yang perlu dibangun oleh lembaga intra mahasiswa tertinggi di fakultas. Secara praktek memang sulit untuk dilaksanakan. Tetapi perlu diingat lembaga ini terdiri dari berbagai individu yang dimana kesemuanya menjadi elemen terpenting yang akan melengkapi setiap kekurangan, membuat sistem dan struktur yang kokoh yang di komandoi oleh ketua umum organisasi.

Penulispun tidak Sok seideal, dan tidak ekstrim dalam memberikan komentar. Tetapi ini merupakan bentuk kepedualian terhadap fakultas tercinta, yang dimana ketika melihat relaitas sosial yang ada, memang seperti itu keberadaanya. Mari kita membangun kesadaran sosial ini secara kolektif yang dimulai dari diri individu sebagai prototipe pelebelan sosial, kemudian disalurkan di lembaga yang kita naungi, dan akhirnya kita sebar seluas mungkin kepada khalayak umum. Sebagai bahan evaluasi untuk para pemimpin lembaga, balajarlah dari kedua Umar (Umar Bin Khatab dan Umar Bin Abdul Aziz) yang dimana sosok keduanya sangat berkarakter dalam memimpin umatnya, sehingga ia menjadi sosok khalifah panutan bagi rakyatnya (Red: belajar dari dua Umar).

Wallahu’alam Bisshawab.





[1] Sebagai hasil observasi selama kedua lembaga ini terbentuk dari awal hingga kini. yang dimana keberadaanya sangat minim diketahui masyarakat fisip.
[2] Mahasiswa FISIP (S/6).  

Bayangan

1. “Terbayang”
==============

@google.com

***
Bilal hendak memikirkanya saat ia tidur, namun semuanya terobati dengan berbagai tumpukan tugas yang harus ia kerjakan. Ya, namun walau sesibuk apapun pikiran bilal tak bisa melupakanya, wajahnya yang ayu, teduh walaupun keduanya hanya melihat sepintas ketika ia berpapasan denganya dan hal itu tak sengaja, raut wajah yang santun, hijab teruarai panjang menutup kesucianya, bahkan ia seakan menyesal telah menggeserkan bola matanya meuju arah yang ia hendak tuju untuk menatap wajah bilal walau hanya sekejap. Langsung saja ia merundukan pandanganya kembali.

Entah mengapa pikiran bilal, seakan-akan tertuju padanya, padahal setaip hari dia meilihat perempuan yang cantik, baik dan styelist, bahkan teman sekelaspun banyak. Tapi mengapa untuk kali ini bilal tak bisa membuang wajahnya dari imaji pikirannya.

Pikiran bilal mulai tak konsen, bahkan tugas yang hendak dia kerjakan malah dibiarkan tergeltak begitu saja, dilemparkannya pensil, dan direbhkannya badan, matanya tertuju pada atap langit-langit rumah yang membisu. Seakan-akan ia menetawakan bahakan ia ingin memberi saran mengenai mengapa wajahnya selalu terbayang.

ia sempat menggerutu dalam hati “siapakah gerangan bidadari yang berpapasan denganku, baru kali ini aku melihatnya dan seketika pula aku tak bisa melupakanya”.

Rupanya bilal tengah dilanda virus merah jambu, karena baru kali ini ia merasakan hal seperti itu. Yang walalupun bilal sosok pria yang keren, tampan, cool, bahkan kaya akan tetapi ia adalah laki-laki yang sholeh dan baik taat pada nilai dan norma agama islam. Bilal seorang mahasiswa yang cerdas bahkan ia adalah mahasiswa yang memiliki ipk yang sangat besar yaitu rata-rata 4 tiap semesternya.

Malam itu bilal hanya sendiri tidak ditemani teman sekosanya yaitu bondan. Bondan sedang pergi menemui teman-temannya untuk mengerjakan tugas uts. Ya terpaksa ia sendiri dan memikirkannya sendiri tentang apa yang ia rasakan, karena biasanya apapun yang ia pikirkan, rasakan dan apa yang ia sedang alami maka ia curhat dan berbagi denganya. Seklipun itu masalah perasaan.

Kemudian bilal bangkit dan membereskan tugas-tugasnya yang tadi sempat tertunda. Setelah selesai ia membereskan ruangan tempat tidur yang tadi berantakan yang belum sempat ia bereskan. Lampu putih yang benderang kian menghiasi wajah bilal yang kegirangan. Setelah semuanya beres maka, bialalpun berdiri dan membuka jendela kosan. Ia hendak menikmati udara malam lewat jendela, menikmati panorama kota bandung yang mulai berkerlip oleh lampu-lampu kendaraan dll.

Tiba-tiba terdengan suara salam, “asslamaulaikum” bilal menuju sumber suara dan membuka kunci pintu sambil menjawab salam “waalaikumsalam” siapa? Jawab bilal. “Aku lal bondan” jawab bondan. “Oh kamu, gimana tugasnya udah beres dan, tumben jam segini kamu udah pulang” tanya bilal sambil menutup pintu kembali.

Bialal terus tersenyum dan sedikit terdengar suara dia sedang menyenandungkan lagu... “kenapa lal kok kamu kaya yang sedang ditempa durian runtuh, seneng banget kayaknya”? tanya bondan sambil menatap bilal penuh dengan heran. “Ia lal aku lagi seneng” jawab bilal sambil senyum manis. Apa lal? Dapet kiriman lagi ya”? tanya bondan. “bukan lal aku dapet sesuatu yang tak terduga dan ini tak bisa dilupakan”. Oh,,, apa emang lal?” tanya bondan. “Ada deh, pokoknya itu semua adlah hal yang sangat membahagiakan bagi ku lal. Ini baru pertama kali aku merasakanya”. Akh kamu gak seru lal. Udah lal aku ngantuk banget nih, ceritanya besok aja, oke. Jawab bondan sambil merebahkan tubuhnya dan menyelimuti dirinya sediri. Iya dan aku juga udah ngantuk banget nih, lagian besoik pagi kita kan mau ikut seminar jadi harus siap-siap. Bangunin lal nanti malam kita tahajud barng oke” iya lal! Jawab bondan sambil suaranya sedikit malas dan ia sudah tertidur pulas. Keduanya tidur pulas, lampu dipadamkan dan keheninganpun terjadi.

 bersambung.......



Rokok Sebagai Gambaran Tradisi zaman Jahiliyah?

Rokok Sebagai Gambaran Tradisi zaman Jahiliyah?
Oleh: M. Jandi Al-Farisi

@google.com

Menelusuri kehidupan ini membutuhkan sebuah acuan dan landasan dalam bertindak, berprilaku berinteraksi dll. Terutama makhluk, yang namanya manusia. ya dialah  satu-satunya makhluk yang paling sempurna dimuka bumi ini. Ada laki-laki dan ada perempuan, maka sepatutnya makhluk yang namanya manusia itu patut berpedoman yang jelas dan shahih yaitu pada alquran- dan al-hadist. Segala jenis ketentuan  telah termuat diantara keduanya. Termasuk ada sebuah kebiasaan atau tradisi yang bisa kita katakan hal tersebut ada yang wajar dan boleh-boleh saja dilakukan adapula hal-hal yang dilarang atau tidak ada manfaatnya bahkan merugikan manusia itu sendiri. Berbicara mengenai tradisi memang sulit untuk dipungkiri keberadaanya ditengah-tengah masyarakat yang sangat memegang teguh hal-hal yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka. Baik itu tradisi yang berwujud tindakan maupun yang berwujud pola pikir atau sesuatu yang patut dipraktekan oleh apa yang namnya jasmani maupun rohani.

Namun ada hal yang sangat unik dan rentang keberadaanya ditengah-tengah masyarakat baik itu jaman dahulu maupun diera globalisasi sekarang ini. Dan kita akan tercengan apabila mendengar apa yang terjadi pada masa silam dan masa kini. Ada salah satu makanan didunia ini yang dilarang bagi wanita namun halal bagi lelaki, ini sangat tabu. Ini merupakan suatu tindakan yang berat sebelah karena pada hakikatnya ada hukum khusus bagi laki-laki dan khusus bagi  wanita, ya hukum tersebut hanya berlaku bagi keduanya seperti, cara berpakaian, berhias, ibadah, pembagian warisan dll. Bukan soal halal harom soal makanan, apa istimewanya perut laki-alki sehingga ada suatu makanan yang halal bagi laki-laki namun haram bagi wanita.

Pada jaman dahulu kala ada salah satu tradisi yang dilestarikan oleh bangsa arab. mengenai makanan tersebut yang dimana halal bagi satu pihak namun haram bagi lain pihak. Dikalangan bangsa arab ada yang namnya tradisi yang dikembangkan atau ditumbuhnkan oleh Umar Bin Luhai yang dimana hal tersebut sesuatu yang dikatana bid’ah. Hal tersebut dibenarkan bagi orang yang melakukan tradisi itu. Ia beranggapan bid’ah yang ia lakukan adalah bid’ah yang baik. Padahala hal itu menyimpang dari agama yang pernah disampaiakan oleh ibrahim as pada kala itu. Diantara tradisi tersebut adalah:

mendatanngi berhala-berhala dan meminta pertolongan kepadanya, mereka melakukan thawaf, keliling berhala, dan merunduk sebagai mana mestinya melakukan ibadah haji, mereka melakukan Takarrub kepadanya (berhala) dengan hewan qurban. Lihat al-Maidah:3, al-An’am: 121, adapula yang mengkhususkan makanan mereka untuk para berhala, bernazar akan memberikan sebagian harta mereka untuk para berhala, dan yang terkhir ini Adalah Al-Bahirah, As-Sa’ibah, Al-Wasilah, Dan Al-Hamy.

dan tradisi yang terakhir inilah yang akan kita bicarakan yang dimana hal tersebut hanya mengkhususkan laki-laki yang boleh memakannya. Dan aturan ini meraka ciptakan sendiri dengan kesepakatan bersama.


Allah SWT berfirman yang artinya:
“dan mereka mengatakan: ‘apa yang ada dalam perut binatang ternak ini (seperti binatang yang ditungganngi seperti bahirah dan saaibah) adalah khusus untuk pria kami dan diharamkan atas wanita kami,’ dan jika yang dalam perut itu dilahirkan mati, maka pria dan wanita sama-sama boleh memakanya. Kelak Allah akan membalas mereka terhadap ketetapan mereka. Sesungguhnya allah maha bijaksana lagi maha mengetahui.” (Q.S. al-An’am: 139).

Kita bisa perhatikan, hukum yang sangat aneh, jika hewan ini lahir selamat dan berbadan sehat dan berharga mahal apabila dijual dan apabila disembelih maka hanya laki-lakilah yang wajib memakanya, dan haram bagi perempuan. Namun apabila hewan itu lahir dan mati dan menjadi bangkai. maka, laki-laki maupun perempuan boleh memakanya. Ini hal yang sangat ironis dan bagaikan gurauan semata, hukum yang sangat aneh dan layak untuk kita tinggalkan bahkan patut kita lenyapkan, Inilah hukum jahiliyah.

Korelasi Tradisi Jahiliyah Diera Globalisasi

Namun percayakah anda dengan hukum yang sangat aneh itu, yang diaman masih dilestarikan keberadaanya dilingkungan sekitar kita. korelasi antara hukum jahiliyah dahulu dan keadaan jaman yang serba modern ini patutlah kita waspadai, aturan atau role yang diberlakukan jaman jahiliyah yang kemasanya berbeda, namun apabila kita amati di era kekinian aturan tersebut sudah dimodifikasi dan di sosialisaskikan dengan cara yang lembut dan solah-olah hal tersebut membawa sesuatu yang membuatnya percaya diri. Inilah kemasan kaum kapitalis, dan inilah trik orang-orang yang membela dirinya dan ingin membumikan kembali  apa yang namnya tradisi dahulu yang mereka katakan hal tersebut adalah tradisi atau bid’ah yang baik.

Inilah faktanya, kita bisa perhatikan atau kita amati apa yang namanya ROKOK yang dimana barang tersebut hanya boleh di konsumsi oleh kaum laki-laki. Bagi masyarakat perokok ditempat kita, lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, lembaga jasa, perusahaan, dll barang ini dikleim wajar jika dikonsumsi/ dinikmati/ dihisap oleh laki-laki, ada hal yang tabu dan tidak wajar jika dikonsumsi/ dihisapnya oleh perempuan. Kita bisa membanyakngkan jika ayah kita, kakak laki-laki kita, saudara laki-laki kita yang gemarnya merokok. Maka, jika ia merokok war-wajar saja dan hal tersebut sudah menjadi tradisi kaum laki-laki. Tapi jika hal tersebut dilakukan oleh ibu kita, kakak perempuan kita, saudara permpuan kita yang menghisap atau mengkonsumsi rokok, maka hal tersebut tidaklah wajar atau ada yang salah dengan mereka, dan banyak orang beranggapan bahwa jika perempuan yang merokok ia dicap sebagai perempuan yang gatal, kupu-kupu malam dll.

Ketika ada seorang kiai yang suka merokok maka ia dianggap wajar dan tidak semerta-merta mejatuhkan derajat dan martabatnya sebagai soerang kiai, tapi sebailknya jika rokok tersebut dikonsumsi oleh seorang ustazah, yang menutup aurat, berjilbab besar bahkan menngunakan cadar, maka apa tanggapan dari masyarakat sekitar yang melihatnya. Dengan otomatis hal tersebut akan menjatuhkan harkat dan mastarbat ustazah tersebut. Ada hal yang salah dan ada hal yang janggal jika soerang ustazah mengkonsumsi rokok maka, cibiran dan hinaan yang negatif pastilah ia lahap. Kita mempunyai standar ganda tentang hal ini, yang pertma standar wajar jika ia meroko dan standar yang kedua dia dinaggap kurang ajar jika ia merokok. Megapa hal tersebut bisa terjadi karena hal tersebut adalah gambaran dari tradisi jahiliyah yang dimana bangsa arab kala itu memberlakukan aturan tersebut.
Karena itu sejatinya ROKOK ADALAH MELESTARIKAN HUKUM/ TRADISI  JAHILIYAH.

Sumber Inspirasi:

Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury, Sahaih Sirah Nabawiyah (Sejarah Shahih Sirah Nabi             Muahmmad SAW Dari Sebelum Lahir Sampai Sesudah Wafat). Bandung: Jabal, Cet 4. 2013.

Yufid Tv. Cambuk Hati (Makanan Lambang Kedzaliman Wanita) Ustad Ammi Nur Baits. 

Perjuangan Dan Labelling. Lalu, Bagaimana Sikap Kita?

Perjuangan Dan Labelling. Lalu, Bagaimana Sikap Kita?
Oleh: M. Jandi
Editor: A.Az



Bismillahirahmanirrohim.

Di abad 21 ini, berbagai penyimpangan dan penistaan agama semakin bermunculan dan terus tumbuh bak jamur dimusim hujan. Tujuan mereka tidak lain yaitu upaya pencacatan akidah. Upaya tersebut hari ini tidak lagi dilakukan dengan kekerasan fisik seperti pada tragedi Valencia di Spanyol, dimana 60.000 kaum muslimin dibantai dalam satu hari. Tapi hari ini upaya mereka mencacatkan akidah kaum muslimin adalah dengan perang pemikiran. Oleh sebabnyalah pada abad ini kita temui bahwa gerakan-gerakan yang jelas memiliki tujuan memerangi akidah umat islam sangat masif kita rasakan. Salah satunya adalah jaringan islam liberal (JIL) dan Syi’ah. Kedua faham ini sangat meresahkan umat muslim khususnya Indonesia, bahkan berbagai ormas dan kelompok islam pun menolak akan keberadaannya di Indonesia. Karena dari kedua gerakan ini terlalu berlebihan dalam menafsirikan berbagai nash-nash syar’i dan cenderung merendahkanya.

Jaringan Islam Liberal dan Syi’ah memiliki tujuan. Yakni, ingin menjungkirbalikkan akidah umat muslim dan secara perlahan masuk dalam serambi jantungnya, dan kemudian menghancurkannya. Kita sadari bersama bahwasanya untuk menumpas penyimpangan pemahaman sesat ini bukanlah pekerjaan mudah. Maka dari itu,  perlu adanya kerja kolektif dari berbagai kalangan untuk membendung paham liberal yang berusaha menempelkan diri pada tubuh umat Islam.
Beberapa hari yang lalu, penulis mendapatkan pesan dari media sosial yang dimana isinya mengenai JIL. Yang ditulis oleh Prof. KH. Muthofa Ali Ya’kub, rahimahullah. Bahwa JIL adalah sebuah pemikiran yang sifatnya liberal. Pemikiran tidak terpaku dengan teks-teks agama yakni (Al-Qur’an dan Hadist), tetapi lebih terikat dengan nilai-nilai yang terkandung dalam teks-teks tersebut. Dalam implementasinya pemikiran ini dapat disebut meninggalkan teks sama sekali, dan hanya menggunakan rasio dan selera belaka.

Setelah penulis telusuri dari berbagai sumber bahwa perpaduan kedua kata yakni “islam” dan “liberal” sangatlah tidak tepat. Karena menurut para ulama, islam itu artinya tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah, sedangkan liberal artinya bebas, dalam pengertian ini tidak harus tunduk pada ajaran (Al-quran dan Assunah) oleh karenanya, menurut Prof. Ya’kub pemikiran liberal sebenarnya tepat disebut sebagai “Pemikiran iblis” dari pada “Pemikiran Islam”, karena makhluk pertama yang tidak taat kepada Allah swt. adalah iblis.

Pekan ini, tepat pada tanggal 9 Mei 2016, UIN SGD Bandung digegerkan dengan wacana sebuah diskusi yang diadakan oleh salah satu jurusan. Dan tentunya diskusi ini menghadirkan sosok pemikir cendikiawan jaringan islam liberal (JIL) yaitu Ulil Abshar Abdala dan tokoh Syi’ah yakni Jalaludin Rahmat. Kedatangan kedua tokoh ini menjadi pertimbangan berat bagi kalangan yang anti JIL dan Syi’ah karena dikhawatirkan akan menyebarkan dan menanamkan faham liberalnya kepada siapapun yang bersua di gedung multi purpose nanti. Maka dari itu, untuk membendung hal tersebut dibentuklah sebuah Aliansi Mahasiswa Islam (AMI), sebagai pelopor penolakan kedatangan kedua paham tersebut. Namun alhasil dari gerakan ini, AMI diberi hadiah yang sangat berbeda. Yaitu sebauhlabelling yang menitikberatkan pada tindakan yang negatif.

Dalam hal ini penulis ingin mengajak kawan-kawan sekalian untuk sama-sama menyikapi, menilai, memahami dan mendalami sebuah label yang selama beberapa hari ini termuat dalam selembaran pressrealese yang disematkan bagi penolak paham liberal. Yaitu : sekterianisme dan konservatisme. Dilembar pertama tertulis “Kami menentang sekterianisme dan konservatisme” dikalangan civitas akadmika UIN SGD Bandung. Dilembar kedua tertulis “Hadang konservatisme dan sekterianisme berkedok agama”.  Dilembar pertama, menurut KBBI dijelaskan bahwa Sekterianisme adalah semangat membela suatu sekte atau mahdzab, kepercayaan, atau pandangan agama yang berbeda dari pandangan agama yang lebih lazim diterima oleh para penganut agama tersebut. Sedangkan Konservatisme adalah paham politik yang ingin mempertahankan stabilitas sosial, melestarikan pranata yang sudah ada. Menurut mereka, kedua istilah ini sangat mengganggu, karena dianggap menghambat jalannya diskusi antar mahdzab dan cenderung anti-dialog saat bertindak. Padahal dari pihak AMI sendiri telah melakukan dialog dan audiensi mengenai penolakan paham tersebut yang telah siap maju selangkah lagi menuju gerbang kampus Islam. Namun segala tawaran dalam audiensi tersebut ditolak dari pihak acara.

Labelling yang disematkan kepada pihak AMI (sekterianisme dan konservatisme) sejatinya sebuah hal yang wajar dikala ada sebuah gerakan sosial yang terjadi. Maka, berbagai penilaian ataulabellingpun disematkan. Namun, tergantung dari sudut pandang yang mana kita menilainya. Jika kita memandangnya negatif maka jeleklah yang akan kita terima. Tetapi, jika kita menilainya dengan positif maka kebaikan yang akan kita peroleh. Tentunya Allah Azza Wajalla dan pihak AMI yang lebih mengetahui makna dan tujuan dibalik tindakan ini. Sehingga AMI bisa menjelaskan kepada khalayak umum mengenai cara pandang (worldview) seperti apa yang perlu diutamakan.
Mari kita belajar dari seorang tokoh muslim yang juga menerima dan merasakan dilabelisasi. Penulis mengutip buku yang ditulis oleh Syekh Yusuf Qardhawi yang berjudul “Analisis dan Pencerahan Islam Ekstrem”. Dihalaman 25 terdapat sub tema yang berbunyi “menetapkan batas arti ekstremitas keagamaan serta dasar-dasarnya”. Yusuf Qardhawi menjelaskan bahwa segala sesuatu keterangan atau ketetapan yang tidak disandarkan kepada pemahaman Islam yang murni, nash-nash serta kaidah syar’iyyah yang kuat tidaklah berharga sama sekali. Apalagi yang disandarkan kepada pendapat-pendapat yang simpangsiur, tidak pula perkataan yang dari fulan atau fulan. Karena perkataan siapapun tidak bisa dijadikan dalil yang pasti selain firman Allah swt. dan sabda Nabi Muhammad saw.

“Apabila kamu berselisih pendapat dalam suatu perkara, hendaklah kamu kembali kepada Allah dan Rasulnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir”. (QS. 4: 59).
Dimasa lalu, Imam Syafi’i tokoh Ahlus Sunnah, pernah dituduh sebagai rafidhi (sebutan penghinaan yang biasa ditunjukan oleh kaum nawashib yaitu kaum pembenci Ali bin Abi Thalib r.a dan Ahlul Bait. Kepada para pecinta ahlul bait, terutama kaum Syi’ah). Kemudian dengan nada menantang ia berkata sebagai jawaban “Jika saya akan dituduh sebagai orang rafidhi hanya karena saya mencintai keluarga Muhammad saw, maka biarlah semuanya bersaksi, bahwa saya adalah seorang rafidhi”.
Kemudian akhir-akhir inipun, salah seorang da’i berkata dalam do’anya: “Ya Allah, bila berpegang teguh pada kitab dan sunnah dianggap sebagai sikap seorang raj’i (terbelakang, kolot dan kaku) maka hidupkan dan matikanlah aku dalam keadaan raj’i, serta kumpulkanlah aku dengan orang-orang raj’i”.

Ikhwafillah pejuang tauhid yang dimuliakan Allah, dalam hal ini kita perlu memahami hakikat dan tabiat sebuah peristiwa. Terutama jika kita bertindak dan kemudian diberi cap, maka lihatlah dan amatilah dari sudut pandang yang mana kita menilainya. Maka dari itu, dalam hal ini kita perlu mengetahui bahwa pada kenyataanya, membatasi dan menegaskan pemahaman beberapa kalimat yang tersiar secara luas. Seperti: Raj’i (Kolot), Jumud (Beku), Fundamental, Ekstrem, Berwatak Sekterianisme, Konservatisme, fanatik dan sebagainya, adalah perkara yang sangat penting untuk kita pahami. Agar pengertiannya tidak “mengambang”, dan dapat dipergunakan oleh setiap orang sesuai dengan kepentingan dan tujuan masing-masing.

Ikhwafillah disini kita menyadari bahwa sekiranya kita menyerahkan definisi kalimat kalimat diatas kepada pendapat-pendapat dan hawa nafsu setiap orang, maka menurut Yusuf Qardhawi hal tersebut niscaya akan berpecah belah diatas berbagai jalan. Apabila mengikuti dorongan hawa nafsu yang tiada ada batas henti. “Dan andaikata kebenaran itu mengikuti kecenderungan hawa nafsu mereka, niscaya binasalah langit dan bumi dan semua yang ada didalamnya” (QS. 23:71).
Beberapa hari kebelakang perjuangan yang melelahkan namun manis buahnya ini telah kita rasakan. Walaupun diberi cap tertentu dengan alasan menghambat dan tidak menerima kemajuan atau Progresivitas berbasis Rasionalitas. Mari kita ambil pelajaran dari kisah Imam Syafi’i Rahimahullah.Bahwa apapun yang kita lakukan asalkan niat utamanya karena Allah ta’ala Insyaallah akan berbuah manis. Dan mari kita bersaksi kepada Allah bahwasanya “Seandainya tindakan atau perjuangan kita ini dinilai sebagai kaum yang kaku, kolot, berwatak sekterianisme dan konservatisme karena untuk menegakan, memelihara dan mempertahankan  agama Allah dan Rasul-Nya. Maka, mari kita berdo’a kepada Allah SWT semoga apa yang kita lakukan ini bernilai pahala dan tetap berpegang teguh terhadap tali agama tauhid”Amiin.

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS. 47:7).

Dalam hal ini, AMI sebagai penentang penolakan JIL dan paham Syi’ah yang akan datang ke kampus UIN SGD Bandung, berhasil menjegal kehadiran tokoh JIL dan Syi’ah tersebut yang akhirnya kedua tokoh tersebut tidak hadir dengan alasan yang berbeda. Tapi kemudian acara tersebut tetap berjalan dengan tokoh yang berbeda. Namun setidaknya kita telah mencegah tokoh utama pemahaman yang menyimpang tersebut agar tidak masuk menerobos pintu rumah kita bersama. Sekali lagi perlu kita perjelas bahwa yang kita permasalahkan adalah kedatangan pahamnya bukan orang atau diskusinya.



Wallahua’lam bishawab.

“MENJADI MUSLIM SEJATI”

“MENJADI MUSLIM SEJATI”
Oleh: M. Jandi


@google.com

Jika kita ditanya mengenai apa itu muslim Oleh teman kita  yang non muslim, lalu apa jawaban kita atas pertanyaan tersebut. Terkadang kita bingung dan kelabakan jika ditanya secara tiba-tiba mengenai apa itu islam dan seperti apa konsep muslim menurut pandangan anda?
Disini saya akan share ilmu mengenai apa itu islam dan apa itu muslim. Selama bertahun-tahun status atau nama ini kita sandang. Bahkan kita bangga atas nama ini. Menurut beberapa keterang dan  berbagai sumber ternayta konsep muslim dan islam itu adalah hal yang sangat mendasar dalam kajian ilmu agama islam.

Pertama, muslim. Muslim adalah status yang dibanggakan oleh para nabi dan para rasul bahkan disebutkan dalam al-quran oleh allah SWT, dan dibanggakan oleh jutaan umat manusia dimuka bumi dari dahulu hingga kini. dan jika ada orang yang melecehkannya, maka umat muslim dimanapun rela berkorban membela statusnya agar tidak di injak-injak oleh agama lain.

Satu kata dalam memahami muslim atau islam yaitu “MENYERAH”. Islam adalah konsep penyerahan terhadap semua aturan allah SWT. Musim adalah kata benda subjek (orang yang mehyerah). Menjadi seorang muslim itu berarti berserah diri terhadap segala sistem yang tercantum dalam al-quran dan al-hadist. Sepatutnya seorang muslim harus sami’na wa ato’na. Bukan mendebat, mengkritisi, bahkan menolak segala syariatnya. orang seperti ini sepatutnya ia disebut sebagai mu’tarid bukan muslim. Dan jika ada  yang membantah, menolak dan tidak mau berserah diri. Orang seperti itu lebih pantas disebut raa’dun. Slogan orang muslim itu harus sesuai dengan surat an-nuur “hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada allah dan rasul memutuskan (perkara) diantara mereka, mereka berkata, “kami mendengar, dan kami taat.” Dan itulah orang-orang yang beruntung” (an-nur: 51).

Orang yang menyerah pasti akan masuk pada sebuah sistem secara totalitas. Tidak lagi berbaicara suka atau tidak suka. Tidak lagi mengaotak ngatik, atau menambah dan mengurangi sebuah sistem. Akan tetapi patuh terhadap aturan yang ada, ini buktinya “wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kedalah islam secara keseluruha, dan janganlah kamu ikut langkah-langkah setan. Sungguh ia musuh nyata bagimu” (al-baqarah: 208).  Karena muslim itu menyerah. Dalam al-quran disebutkan bahwa seorang muslim itu segala sesuatu dikembalikan kepadanya “kemudian mereka (hamba-hamba allah) dikembalikan kepada allah, penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) ada padanya dan dialah pembuat perhitungan yang cepat” (al-an’am: 62).
Perlu kita ketahui bahwa Allah sama sekali tidak memaksa kita untuk menyebutkan bahwa diri kita ini seorang muslim, bahkan tidak memaksa kita untuk memasuki agama islam ini “tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (islam)...” (al-baqarah: 256). Tapi hanya satu permintaan Allah terhadap manusia mau tidak mau ini harus dikatakan. Yaitu “JUJUR” dalam berkata dan bertindak tentang keberadaan kita Dimuka bumi ini. Dalam surat al-kahfi dijelaskan bahwa “ dan katakanlah (muhammad) kebenaran itu datangnya dari tuhan-mu; barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa mengehendaki dia (kafir) biarlah dia kafir. Sesungguhnya kami telah menyediakan neraka bagi orang-orang dzalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek” (al-kahfi: 29).

Maka dari itu, untuk menjadi orang muslim itu harus jujur, jika muslim katakan muslim dan jika tidak katakan tidak. Jangan menjadi orang yang munafik. Karena allah sangat membenci orang yang munafik bahkan kedudukan orang munafik itu berada dibawah kaum yahudi dan nasrani, mari kita buktikan dalam surat annisa “sungguh orang munafik itu (ditempatan) pada tingkatan yang paling bawahdari neraka. Dan tidak akan mendapat seoran penolongpun bagi mereka” (annisa: 145). Bahkan rasulpun menyebutkan ciri-ciri orang munafik itu ada tiga. Pertama, ketika berbicara ia berbohong, ketika berjanji ai ingkar dan ... (HR: .....) Dan kita jangan  terkungkung oleh pernyataan kita. Seperti apa yang dikatakan nabi “kita ini berada dalam kotak kematian” (HR. Tirmidzi).

Lalu petnayaan selanjutnya mengapa manusia harus mengikuti aturan, harus masuk pada suatu sistem secara totalitas?. Ya, tetantulah penting. Karena manusia itu sumbernya kesalahan, tempatnya kadzoliman, dan bodohnya itu sangat keterlaluan. Maka, perlu sebuah ikatan atau pearturan  agar manusia itu tidak liar. Buktinya bisa kita baca dalam surat al-an-am “sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (menjadi) dalam golongan-golongan, sedikitpun bukan tanggung jawabmu (muhammad) atas mereka. Sesungguhnya urusan mereka (terserah kepada allah) kemudian dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat ” (al-an’am: 159). Karena allah lebih tahu tentang kita “apakah (pantas) allah yang meciptakan itu tidak mengetahui? Dan dia maha halus, maha mengetahui” (Al-mulk: 14)

Konsep menyerah dalam islam itu jauh lebih indah. Tentunya menyerah disini adalah bentuk ketataan terhadap segala sesuatu peratuarn yang telah allah dan rasulnya tetapkan. Mislanya mendirikan sholat, puasa, zakat dll. Jika dalam sholat saja itu dikatakan cukup maka, Konsep mendirikan ibadah sholat itu harus benar-benar faham. Karena dari sholat saja kita bisa terdrong untuk mengerjakan berbagai amalan lainya. Kemudian Dalam sholat itu terdapat sujud. Maka, sujud itu adalah simbol penyerahan pada allah SWT.

Tentunya menjadi seorang muslim  itu tidak terlepas dari berbagai ujian. Baik itu ujian yang ringan atau-pun berat. Itu adalah konsekwensi manusia dalam menyandang status muslim. Dengan ujian ini apakah seorang muslim itu mampu mempertahankan keimanannya atau tidak. Dan dengan ujian ini kita dikatakan muslim yang kuat atau yang lemah. Mari kita lihat firman allah SWT. “dan diantara manusia ada yang menyembah allah hanya di tepi , maka jika ia memperolah kenajikan,, dia merasa puas, dan jika ia ditimpa suatu cobaan, dan berbalik ke belakang . Dia rugi didunia dan di akhirat itulah kerugian yang nyata” (al-hajj: 11). bahkan ujian yang berat ini selalu dibenturkan dengan berbagai bentuk kesukaan kita didunia ini, baik hobi, hawa nafsu dan lainya. Karena hidup adalah ujian maka sepatutnya kita perlu menyikapi berbagai ujian itu dengan seksama (penyerarahan). Karena pada hakikatnya hidup ini adalah ujian “yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan dia maha perkasa, maha pengampun” (al-mulk: 2).

Agama islam adalah agama  para nabi, karenanya agama ini terus hidup hingga saat ini. Dan Yang membedakan antara nabi sebelumnya dengan nabi Muhammad SAW. adalah hanya pada tataran prakteknya saja.  Karena kondisi zamanlah yang membedakan. Tapi pada esensinya tetap satu yaitu aqidah islamiyah.

Dan tentu kita tahu bahwa tugas kita sebagai seorang muslim dimuka bumi ini adalah beribadah kepada allah “aku tidak meciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku” (ad-dzariat: 56) dan dalam surat at-talaq-pun dijelaskan bahwa “allah yang meciptakan tujuh langit dan (penciptaan) bumi juga serupa. Perintah allah berlaku padany, agar kamu mengetahui bahwa allah maha kuasa atas segala sesuatu, dan ilmu allah benar-benar meliputi segala sesuatu” (at-talaq: 12). Dan jika masih ada yang meragukan keabsahan agama ini maka referensi terilmiah adalah al-quran dan al-hadits karena islam adalah agama data bukan agama asumsi “dan mereka (yahudi dan nasrani)berkata”tidak akan masuk surga kecuali nasrani dan yahudi”itu hanya angan-angan mererkakatakanlah “tunjukanlah bukti kebenran jika kamu orang yang benar” (al-baqarah: 111).
Tentunya kita sebagai muslim tugasnya adalah mencari kebenaran bukan pembenaran. Ikhwafillah bagi kita sebagai muslim, dengan mengucapkannya saja maka allah akan memberikan keberkahan pahala “dan siapakah yang lebih baik perkataanya dari pada orang yang menyeru kepada allah dan mngerjakan kebajikan dan berkata, “sungguh, aku t
ermasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)” (Fussilat: 33) dengan memgucapkan saya sebagai musim adalah statemant terbaik. Nabi ibrahimpun meminta kapada allah untuk dijadikan sebagai muslim sejati.  “ya tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepadamu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepadamu dan tunjukanlah kepada kami car-acara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalh tobat kami sungguh engkaulah yang maha penerima tobat, maha penyayang” (Albaqarah: 128)

Sumber inspirasi
Dinukil dari kajian islam Ust. Muhammad Nuzuk Dzikri, GUE MUSLIM. Dan menjadi muslim sejati. 

Sabtu, 26 September 2015

“Sebuah Loyalitas Tanpa Batas”


by: M. Jandi alfarisi

 
Wajah Kehidupan Zaman Jahiliyah

Al-jahlu­_ secara bahasa ‘berarti tidak berpengetahuan’ atau ‘bodoh’. Disebut zaman jahiliyah bukan berarti pasa masa itu tidak ada manusia pintar ataupun berpengetahuan. Sejarah mewartakan bahwa banyak manusia pintar dan berpengetahuan hebat sebelum kehadiran islam dialtar kehidupan ini, terutama bangsa arab yang terkenal dengan bangsa yang banyak melahirkan penyair hebat dan pemikir handal. 

Jahiliyah yang dimaksudkan adalah kebutaan mata hati dan pikiran dalam menerima dan menyikapi nilai-nilai luhur kehidupan serta memungkiri nilai-nilai ketuhanan yang diajarkan agama samawi. Oleh karena itu, orang disebut bodoh bukan berarti tidak berilmu, melainkan menyakini seseuatu yang salah, menentang kebenaran, atau mengerjakan sesuatu dengan menyalahi sesautu dengan menyalahi aturan dan tidak mengerjakan yang seharusnya dia kerjakan. 

Fakta kehidupan mewartakan bahwa sebelum kehadiran islam, bangsa arab memiliki pola hidup yang jauh dari nilai-nilai luhur kehidupan: membanggakan keturunan, memperbanyak kekayaan duniawi, dan berlomba-lomba dalam menggapai kedudukan sosial. Perjudian, prostitusi, pesta miras, dan beragam sikap mental negatif lainya yang menjadi Life Style kehidupan mereka. 

Hal tersebut menyebabkan terpinggirkannya nilai-nilai dan pranata sosial dalam kehidupan; yang kuat menguasai yang lemah, hukum milik mereka yang kaya dan berkuasa, dan semua aktivitas kehidupan harus berbuah kekayaan duniawi dan popularitas diri dengan cara apapun. Adaun penuhanan harta, tahta serta pemuasan hasrat seksual adalah Trade Mark kehidupan masyarakat jahiliyah. Oleh karena itu, zaman jahiliyah disebut juga era kegelapan karena sejatinya yang bodoh bukanlah otak dikepala mereka, melainkan hati dan akal sehat yang terbutakan dari nilai-nilai luhur kehidupan ilahiah[].

Benderangnya Cahaya Islam
Kehadiran islam dialtar kehidupan ini adalah wujud nyata kasih sayang allah SWT kepada makhluknya. Diutusnya nabi muhammad saw. Adalah bukti riil wajah kekasihnya dialam semesta ini. 

“dan kami kami tidak mengutus engkau (muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (al-anbiya, 21: 107)

Adapun mereka yang terampas hak asasi manusianyaa, terzalimi, dan termarjinalkan tentu akan merasakan berkah agung atas kehadiran islam dibumi ini. 

Sejarah memberitakan bahwa sebelum klehadirn islam, mekah penuh dengan prilaku, tradisi dan budaya jahiliyah yang jauh dari nilai-nilai kehidupan. Namun dengan kehadiran islam kini mampu melahirkna semangat kebersamaan, melintas batas kabilah, marga, kelas sosial, ataupun lebel-lebel, sekat-sekatduniawi lainya dalam bingkai persaudaraan islam yang bersendikan nilai-nilai keislaman dan keimanan. 

Kehadiran islampun mampu mengubah watak-watak jahiliyah menjadi watakl yang sialmi, syirik menjadi tauhid, sikap sombong menjadi tawaduk, dan kasar menjadi santun. Berkat risalah islam, kesenjangan soaial dapat terahpuskan, kelas soaial dapat terkuburkan, mereka yang papa dan terpinggirkan merasa dimanusiakan dan dihargai harkat kemanusiaaanya. 

Sungguh, mewujudkan sikap cinta kasih ditengah gemuruh masyarakat jahiliyah bukanlah pekerjaan yang mudah. Hal ini karena budaya pagan yang telah berlangsung turun temurun kian menjadi tradisi tumbuhlah sikap helix dalam jiwa masyarakat. Itulah yang menghalangi laju dakwah rasulallah saw pada awal-awal permulaan islam di mekah. 

Walaupun demikian, kehadiran islam merupakan berkah agung bagi orang-orang yang lemah dan terlemahkan, seperti para budak dan fakir miskin. Ajaran islam memuliakan sisi kemanusiaan mereka, menghargai harkat dan martabat mereka. Kemuliaan seorang manusia dihadapan allah adalah yang paling bertakqwa, bukan yang paling tinggi status sosialnya. Nasabnya, ataupun kekayaannya. 

Merka yang kurang beruntung itu meresa menemukan kesejatian diri stelah memeluk islam demikian pula yang memeiliki kekayaan materi dan kedudukan, mereka menemukan tata laksana kehidupan yang indah dibawah nagungan syariat islam. Lebih dari itu, mereka bisa menunjukan keislaman mereka tidak semata-mata dengan kesalehan ritual, tetapi juga dengan kesalehan sosial, yaitu dengan membantu sesama saudara seiman dan seagama yang kurang beruntung atau mengalami kesulitan hidup akibat mempertahan kan keiman dan keislaman[].

Melepas kepergian sahabat terkasih
          Sepuluh tahun berjuang menegakan ajaran islam dan membangun oeradaban kehidupan yang bersendikan nilai-nilai iman dan islam bukanlah laku kehidupan yang penuh dengan dera dan tawa bahagia, melaikan menguras tenaga, pikiran, bahkan air mata. Banyak kerikil tajam  yang meski dihadapi dalam menegakan kebenaran ilahiyah. Ada emosi yang harus ditahan, ada kesabaran dan logika jernih yang meski dikedepankan semua itu dihadapi rasulallah saw dengan tulus ikhlas, semata-mata mengharap ridha allah azza wajalla.

Setelah menyampaikan khutbah monumental pada haji wada, trunya wahyu allah swt. Dalam surat almaidah ayat 3 dan ketika para sahabat mengetahui makna hakiki wahyu terkhir tersebut, rasulallah berusaha membesarkan hati mereka untuk tetap tabah dan tawakal menghadapi seluruh rintangan hidup. Beliau juga tetap utuh menjalankan tugas kenabianya hingga tubuhnya benar-benr tidak mampu melakukannya. Itulah semngat juang rasulallah saw. Yang tetap utuh mensyiarkan risalah allah swt hingga akhir hayatnya[].

Wasiat terberat
Sebelum rasulallah saw jatuh sakit dan pergi keharibaan allah, beliau berkhutbah untuk yang terakhir, ”wahai umatku kita semua ada dalam kekuasaan allah dan cinta kasihnya. maka dari itu, taat dan bertaqwalah kepadanya. Kuwariskan dua hal kepada kalian: al-quran dan sunnahku. Siapa yang mencintai suannahku, berarti mencintai diriku dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan bersama-sama denganku disyurga allah.”

Simaklah dengan seksama wasiat agung rasulallah saw tersebut yang menyatakan bahwa jalan lapang menuju syurgha allah swt ialah dengan menjalani kehidupoan ini senapas dengan nilai-nilai al-quran dan sunnah nabinya. Jalan apapun yang ditempuh dalam keislamana seseorang, apapun mazhab dan kelompok dan kelompok seseorang nilai-nilai al-quran dan sunnah nabinya harus ditegakan dan dijadikan spirit utama dalam bersembah sujud kepada allah swt. 

Ketika jasad rasulallah saw disemayamkan dikediama aisyah ra, kaum muslim, baik muhajirin dan anshar, bertanya-tanya, “siapakah yang akan menjadi khalifah belaiau untuk memimpin umat islam?” merekapun mendiskusikan sosok yang paling tepat menjadi amirul mukminin (pemimpin kaum beriman) setelah kepergian rasuallah saw kealam baqa. Tidak satupun ada yang memprediksi, apalagi mengikrarkan diri menjadi khalifah rasulallah saw[].